Penembakan Massal di Mal Texas, 9 Terluka dan Pelaku Tewas
Penembakan terjadi di sebuah mal outlet di utara Dallas, Texas, AS pada Sabtu (6/5) waktu setempat. Pejabat darurat mengonfirmasi setidaknya sembilan orang terluka dan dilarikan ke rumah sakit daerah.
CNN pada hari yang sama memberitakan beberapa orang yang terluka merupakan anak berusia sekitar lima tahun.
Sementara itu, pelaku penembakan kini telah tewas akibat tembakan dari petugas kepolisian.
Pelaku disebut beraksi sendiri saat melepaskan beberapa tembakan di mal tersebut. Hal itu diumumkan setelah polisi melakukan pencarian terhadap kemungkinan pelaku lainnya.
Brian Harvey dari departemen kepolisian Allen, Texas sebelumnya mengatakan seorang petugas polisi sedang berada di mal sebelum insiden itu terjadi. Hingga ia mendengar tembakan sekitar pukul 15.30 waktu setempat.
"Dia mendengar suara tembakan, pergi ke arah tembakan, melawan tersangka dan melumpuhkan tersangka," kata Harvey. "Dia juga kemudian memanggil ambulans."
Kepala Pemadam Kebakaran Allen Jonathan Boyd, seperti diberitakan AFP, mengatakan jajarannya "memindahkan sembilan korban ke fasilitas trauma area."
Gubernur Texas Greg Abbott menyebut penembakan massal itu sebagai "tragedi yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata."
Pihak berwenang awalnya mengira mungkin ada penembak kedua di Allen Premium Outlets, sebuah kompleks perbelanjaan yang luas di kota Allen, 25 mil (40 kilometer) utara Dallas.
Polisi menyisir toko-toko di mal, dan foto serta video drone dari tempat kejadian menunjukkan pembeli dan karyawan toko bergegas ke tempat parkir.
Harvey kemudian mengatakan polisi yakin penembak tak dikenal, yang menurut CNN mengenakan perlengkapan taktis, "bertindak sendirian."
Amerika Serikat memiliki tingkat kematian akibat senjata api tertinggi di antara negara maju mana pun, yakni 49.000 pada 2021. Angka itu meningkat setelah tahun sebelumnya mencatat 45.000 kematian.
Ada lebih dari 195 penembakan massal - didefinisikan sebagai empat atau lebih orang terluka atau terbunuh - sepanjang tahun ini di Amerika Serikat, menurut Arsip Kekerasan Senjata.
(afp/chri)