AS Tuding Afsel Pasok Senjata ke Rusia saat Moskow Invasi Ukraina

CNN Indonesia
Jumat, 12 Mei 2023 11:35 WIB
Ilustrasi. (REUTERS/ALEXANDER ERMOCHENKO)
Jakarta, CNN Indonesia --

Duta Besar Amerika Serikat di Pretoria, Reuben Brigety II, menuding Afrika Selatan memasok senjata dan amunisi ke Rusia melalui kapal kargo pada akhir tahun lalu.

Jika terkonfirmasi, pengiriman senjata ini berlangsung saat Rusia masih menginvasi Ukraina. Rusia juga tengah menjadi target sanksi internasional terkait agresinya ke Ukraina tersebut.

"Di antara hal-hal yang kami catat adalah docking kapal kargo di pangkalan angkatan laut Simon's Town antara tanggal 6 sampai 8 Desember 2022, yang kami yakini mengirim senjata dan amunisi ke kapal itu saat kembali ke Rusia," kata Brigety kepada media lokal, Kamis (11/5).

Brigety sangat meyakini bahwa Afrika Selatan memang memuat senjata ke kapal tersebut. Dia sampai berani "mempertaruhkan hidup" atas tudingannya itu, demikian dilaporkan Newzroom Afrika.

"Mempersenjatai Rusia adalah hal yang sangat serius. Kami tidak menganggap masalah ini bisa dilalui begitu saja. Kami ingin Afrika Selatan [mulai] mempraktikkan kebijakan non-bloknya," ucap dia seperti dikutip CNN.

Kapal kargo misterius 'Lady R' menyedot perhatian ketika berlabuh di pangkalan angkatan laut Afrika Selatan di Simon's Town dekat Cape Town pada Desember 2022 lalu. Kemunculan kapal ini menimbulkan berbagai spekulasi karena biasanya kapal tersebut berlabuh di pelabuhan sipil Cape Town, bukan pangkalan AL.

Saat itu, anggota parlemen oposisi dan Menteri Pertahanan bayangan Kobus Marais mengatakan bahwa sejumlah barang dibongkar muat dari kapal tersebut selama larut malam. Mereka pun meminta penjelasan pemerintah terkait barang apa yang dibawa dan diangkut kapal tersebut.

Pada Mei 2022, Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri AS dikabarkan turut menambahkan Lady R ke dalam daftar sanksi karena dugaan pengiriman senjata, bersama dengan sejumlah kapal kargo berbendera Rusia lainnya.

Menanggapi hal ini, Kantor Kepresidenan Afrika Selatan menyebut tudingan Dubes AS tersebut "mengecewakan". Pemerintah juga memperingatkan pernyataan semacam itu "merusak semangat kerja sama dan kemitraan" antara AS dan Afrika Selatan.

Mereka lalu menegaskan bahwa tak ada bukti mengenai tuduhan tersebut. Otoritas lantas berencana membentuk penyelidikan independen atas masalah ini.

"Dalam keterlibatan baru-baru ini antara delegasi Afrika Selatan dan pejabat AS, masalah Lady R ini sudah dibahas dan ada kesepakatan bahwa penyelidikan akan diizinkan untuk dilakukan dengan independen dan bahwa dinas intelijen AS akan memberikan bukti yang mereka miliki soal ini," demikian pernyataan Kantor Kepresidenan Afsel.

Saat ditanya CNN mengenai urgensi penyelidikan, juru bicara kepresidenan Vincent Magwenya mengatakan intelijen AS hanya mau memberikan bukti jika penyelidikan dilakukan. Afrika Selatan pun menyambut permintaan tersebut untuk membuktikan bahwa mereka tidak melakukan apapun seperti yang dituduhkan.

"Kami menanggapi tuduhan itu dengan serius dan kami ingin memiliki suara independen yang kredibel untuk menyatakan fakta-fakta aktual dari masalah ini," kata Magwenya.

"Jika tidak, kami berisiko kalah dari serangkaian tuduhan dan penolakan, yang tidak akan membantu dalam konteks hubungan bilateral kami."

Ini memang merupakan pernyataan publik tak biasa yang dibuat seorang Duta Besar AS di Afrika Selatan terhadap pemerintah tempat perwakilan AS menjalankan tugas.

Afrika Selatan sendiri merupakan negara yang kerap mendapat kecaman keras karena rutin abstain dari pemungutan suara yang mengutuk Rusia di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Mereka berulang kali menyatakan bahwa Afrika Selatan netral dalam konflik Rusia vs Ukraina. Mereka juga sering menyerukan penyelesaian konflik Rusia dan Ukraina lewat negosiasi.

Afrika Selatan merupakan salah satu negara yang dekat dengan Rusia. Pada Februari lalu, Afrika Selatan mengadakan latihan perang angkatan laut di lepas pantainya bersama militer Rusia dan China.

Akhir tahun ini, negara tersebut juga bakal menjadi tuan rumah konferensi tingkat tinggi (KTT) BRICS, sebuah forum internasional yang terdiri dari lima negara yang dinilai mampu memiliki pertumbuhan ekonomi pesat. Kelima negara itu ialah Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.

(blq/rds)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK