Kandidat penantang Erdogan lainnya yaitu Sinan Ogan. Ia dicalonkan oleh Aliansi Leluhur (ATA) yang terdiri dari tiga partai.
Ogan memiliki latar belakang akademis dan keuangan internasional. Ia juga merupakan mantan anggota Partai Gerakan Nasionalis (MHP), sekutu Partai AK pimpinan Erdogan.
Ogan pernah terpilih sebagai wakil untuk Igdir, sebuah kota di Turki timur, pada 2011 sebagai kandidat MHP. Ogan kemudian dikeluarkan dari partai MHP pada 2015 karena persaingan internal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ogan selama ini dituduh memiliki kebijakan xenofobia atau ketidaksukaan terhadap orang-orang dari negara lain dan sayap kanan, terutama ketika menyangkut pengungsi Suriah.
Dalam pemilu ini, Ogan berjanji mengirim para pengungsi kembali ke negara asal mereka dan mendukung persatuan negara-negara Turki.
Siapa pun yang memenangkan pilpres kali ini akan menghadapi tantangan besar yang tengah melanda Turki.
Masalah itu antara lain ekonomi, gempa bumi, krisis identitas, demokrasi, hingga pengungsi.
Sejak akhir tahun lalu, Turki dilanda krisis ekonomi besar-besaran akibat penurunan suku bunga negara itu. Mereka mengalami inflasi tertinggi dalam 24 tahun yakni sebesar 85,51 persen tahun lalu.
Masalah itu pun diperparah dengan kejadian gempa bumi dahsyat pada 6 Februari lalu. Lebih dari 50 ribu orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi. Pembangunan kembali akibat peristiwa ini pun diperkirakan menelan biaya miliaran dolar.
Selain itu, Turki juga dilanda krisis mengenai identitas. Erdogan, sebagai perdana menteri, mencabut larangan perempuan yang mengenakan hijab bekerja di sektor publik pada 2013.
Langkah itu dipuji oleh banyak orang karena dinilai sebagai validasi keberadaan mereka di masyarakat dan bentuk ketaatan beragama mereka.
Sementara itu, partai Kilicdaroglu yakni CHP mendukung larangan tersebut. Jika Erdogan kalah, kebijakan-kebijakannya kemungkinan bakal diganti dengan kebijakan yang mengancam menghapus nilai-nilai pendukung Partai AK.
Masalah demokrasi dan pengungsi juga menjadi persoalan utama di negara tersebut. Para kritikus selama ini mengatakan bahwa kebebasan pers di Turki telah memburuk, dengan 90 persen media Turki berada di bawah kendali pemerintah Erdogan dan pengusaha yang dekat dengan Erdogan.
Sentimen anti-pengungsi juga belakangan meningkat di Turki. Menurut pemerintah, sekitar 3,7 juta dari total 5,5 juta orang asing di Turki adalah pengungsi Suriah.
Turki pun berusaha untuk mengembalikan para pengungsi, terutama Suriah, ke negara mereka masing-masing.
(blq/rds)