Menanggapi mundurnya Ince dari Pemilu 2023, Kilicdaroglu menuduh Rusia ikut campur dalam kampanye pemilihan. Kilicdaroglu sempat menuding Rusia menyebarkan hoaks menjelang Pemilu hari ini. Kilicdaroglu menyatakan "teman-teman Rusia" bertanggung jawab atas konten palsu hasil edit."
"Jika kalian mau melanjutkan persahabatan kita setelah 15 Mei, jangan campur tangan di Turki. Kami masih ingin menjalin kerja sama dan pertemanan," kata Kilicdaroglu di Twitter, sebagaimana dikutip Reuters.
Kilicdaroglu tak membeberkan hoaks yang dimaksud. Namun, ia melontarkan tuduhan ini tak lama setelah Ince mengumumkan mundur dari laga demokrasi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rusia saat ini telah membantah tuduhan tersebut dan menentang pernyataan dari Kilicdaroglu.
Juru bicara Kepresidenan Rusia Dmitry Peskov mengatakan mereka telah berbohong dengan memberi informasi seperti itu kepada Kilicdaroglu.
Peskov lalu menegaskan Rusia tak mencampuri urusan dalam negeri dan proses pemilu negara lain. Ia juga menyarankan agar Kilicdaroglu belajar dari pengalaman Amerika Serikat.
Kekhawatiran tertinggi dalam daftar pemilih adalah keadaan ekonomi dan kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi. Bahkan sebelum bencana Februari, Turki berjuang dengan kenaikan harga dan krisis mata uang yang pada Oktober sehingga menyebabkan inflasi mencapai 85 persen.
Kondisi ini berdampak pada daya beli masyarakat dan itu menjadi dasar mengapa popularitas Erdogan terkikis, menurut Sinan Ulgen, mantan diplomat Turki dan ketua think-tank EDAM yang berbasis di Istanbul.
"Itu akan menjadi hambatan utama bagi Erdogan," katanya.
Pemilih juga memberikan suara berdasarkan siapa yang mereka anggap mampu mengelola dampak dari gempa bumi, serta melindungi negara dari bencana di masa depan, ujar para analis. Para analis juga menilai popularitas Erdogan tidak memberikan dampak politik yang diharapkan.
"Ada perdebatan tentang platform pemilihan mana yang memberikan solusi tepat untuk mengatasi kerentanan ini dan meningkatkan ketahanan Turki terhadap bencana nasional ini," kata Ulgen.
Beberapa analis mengatakan jika Erdogan kehilangan suara dengan selisih kecil, itu membuka kemungkinan baginya untuk menggugat hasil.
Jika pengalaman masa lalu adalah tolok ukur, maka presiden dan Partai AK dari Erdogan mungkin tidak akan kalah.
Berkaca pada pengalaman sebelumnya, selama pemilihan walikota Istanbul dan Ankara 2019, Partai AK kehilangan kendali atas pusat keuangan dan ibu kota negara, sehingga mendorong pejabat partai dari kedua kota untuk menolak hasilnya.
Keunggulan CHP di Istanbul sangat tipis, dan akhirnya mengarah pada keputusan Dewan Pemilihan Tertinggi (YSK) mendukung pemilihan ulang yang sangat ditentang oposisi.
Ulgen lantas meragukan independensi YSK, dengan mengatakan mereka mungkin menyerah pada tuntutan potensial untuk penghitungan ulang.
Mengutip CNN, Laporan Freedom House pada 2023 mengatakan para hakim YSK yang mengawasi semua prosedur pemungutan suara ditunjuk oleh badan peradilan yang didominasi AKP dan seringkali tunduk pada AKP dalam keputusan mereka.
(ryh/dzu)