Mantan komandan militer Rusia, Igor Girkin, mengkritik invasi di Ukraina dan membeberkan pasukan Moskow dalam kondisi yang kian memprihatinkan.
Pada Minggu (20/5), Girkin mengunggah analisis cukup panjang soal kondisi teranyar dari medan perang. Ia memprediksi pasukan Ukraina akan menyerang basis pasukan Rusia secara besar-besaran dalam waktu dekat karena saat ini kondisi tentara Presiden Vladimir Putin semakin memburuk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengapa menurut saya musuh akan segera menyerang? Karena mereka memiliki peluang terbaik untuk berhasil sekarang," kata Girkin dalam tulisannya.
"Unit penyerang terbaik Angkatan Bersenjata Rusia sudah kehabisan tenaga akibat pertempuran berbulan-bulan. Stok amunisi sangat minim," paparnya menambahkan.
Dalam unggahannya itu, Girkin menjelaskan lebih detail prediksinya soal bagaimana pasukan Ukraina akan bertemu tentara Rusia dari berbagai sisi. Sebagai contoh, ia menuturkan pasukan Ukraina akan menghadapi pasukan Rusia "yang sangat hancur dan "menipis" jika mengerahkan serangan ke wilayah Donetsk di Donbas.
Sebab, Rusia saat ini berfokus mengirim pasukan mereka untuk bertempur di Bakhmut, kota di timur Ukraina yang telah menjadi titik peperangan sengit selama beberapa bulan terakhir.
Girkin menentang strategi militer Rusia yang terus berupaya merebut Kota Bakhmut meski mendapat perlawanan sengit dari Ukraina. Menurutnya, ini "tidak sepadan dengan usaha dan uang yang dihabiskan."
Girkin juga tidak begitu senang ketika mendengar klaim tentara bayaran Rusia, Wagner Group, yang sudah menduduki Kota Bakhmut pada akhir pekan lalu.
Menurutnya, kerugian yang ditimbulkan untuk merebut Bakhmut sangat besar bagi Rusia. Sementara itu, Girkin menilai Bakhmut kurang strategis.
"Bakhmut 'ditaklukan'. Itu tidak membuat saya bersemangat. Mempertimbangkan apa yang saya ketahui tentang kerugian, sumber daya yang terbuang, waktu yang hilang, dan pemahaman awal tentang kesia-siaan strategis dari operasi ini," ucap Girkin seperti dikutip Newsweek.
Sejauh ini, tidak jelas berapa kerugian Rusia selama melancarkan invasi, termasuk soal pertempuran sengit di Bakhmut.
Namun, awal bulan ini, intelijen AS memperkirakan sekitar 20.000 tentara Rusia tewas dan 80 ribu lainnya terluka hanya untuk memperebutkan Bakhmut selama beberapa bulan terakhir.
"Angkatan Bersenjata Federasi Rusia tidak memperoleh apa pun, tapi hanya 'membasuh diri dengan darah' di dekat Avdeevka, di Maryinka dan Ugledar," tulis Girkin merujuk pada front lain yang menurutnya bisa dipertahankan dengan lebih baik.
"Sayangnya, bukan (darah) mereka yang merencanakan dan mengarahkan operasi ini dari markas besar, tetapi darah tentara dan perwira garis depan yang dimobilisasi dan menjadi sukarelawan," ucapnya menambahkan.
(rds)