ANALISIS

Kenapa Erdogan Menang Pilpres Lagi Meski Turki Makin 'Berantakan'?

CNN Indonesia
Senin, 29 Mei 2023 10:16 WIB
Presiden Erdogan tetap keluar menjadi pemenang pemilu Turki 2023 meski banyak kritik menghantam pemerintahannya soal penanganan inflasi hingga bencana alam.
Presiden Erdogan tetap keluar menjadi pemenang pemilu Turki 2023 meski banyak kritik menghantam pemerintahannya soal penanganan inflasi hingga bencana alam. (Foto: AP/Ali Unal)
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Recep Tayyip Erdogan berhasil mempertahankan kursi kepemimpinannya untuk periode ketiga usai menang putaran kedua pemilu Turki pada Minggu (28/5).

Erdogan berhasil mengantongi 52,14 persen suara, mengalahkan rival beratnya, Kemal Kilicdaroglu, yang akhirnya hanya bisa meraup 47,86 persen suara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pemilu kali ini, Erdogan cukup bersusah payah untuk menang mutlak imbas berbagai krisis yang dihadapi Turki hingga membuat banyak warga yang semula mendukungnya, menimbang-nimbang lagi pilihan mereka.

Pria berusia 69 tahun itu juga 'dikeroyok' habis-habisan oleh oposisi yang sejak lama ingin menjegal pemerintahannya.

Turki pun menghadapi inflasi tertinggi dalam 24 tahun, harga biaya hidup yang kian meroket, hingga gempa bumi dahsyat yang membuat penanganan pemerintah soal bencana dikritik juga menguji masa-masa kepemimpinan Erdogan jelang pemilu. 

Pengekangan terhadap kebebasan berekspresi di masa pemerintahan Erdogan juga makin disorot para pemerhati Hak Asasi Manusia (HAM).

Terlepas dari berbagai kondisi-kondisi tak enak itu, apa penyebab Erdogan masih bisa menang pemilu?

[Gambas:Video CNN]

Salah satu peneliti di Pusat Studi Internasional Sciences Po, Bayram Balci, menganggap keberagaman pihak oposisi koalisi Erdogan yang dipimpin rival beratnya, Kemal Kilicdaroglu, justru menjadi bumerang bagi mereka sendiri.

Menurutnya, pihak oposisi telah menunjukkan persatuan dan solidaritas untuk menjatuhkan Erdogan. Koalisi oposisi sendiri terdiri dari enam partai politik yang berbeda secara ideologis, mulai dari demokrasi sosial hingga nasionalisme dan Islamisme.

Namun, Balci menilai "keberagaman" itu justru membuat para pemilih ragu-ragu apakah koalisi oposisi mampu memerintah dengan banyak perbedaan tersebut ketika memenangkan pemilu.

"Oposisi memang menunjukkan persatuan dan solidaritas untuk menjatuhkan Erdogann, tapi gagal meyakinkan pemilih bahwa, jika menang, bisa memerintah negara. Hal yang menjadi kekuatannya yaitu keragaman dan heterogenitasnya, justru menjadi kelemahan (oposisi)," ucap Balci melalui analisisnya berjudul Turkish Elections: Why is Erdogan still Unbeatable.

Visi misi oposisi 'tak menarik bagi' pemilih

Satu-satunya perbedaan nyata visi misi kampanye koalisi Erdogan dan oposisi adalah soal kebebasan berekspresi dan supremasi hukum.

Supremasi hukum di Turki dianggap semakin rusak dalam beberapa tahun terakhir. Penegakkan hukum dan HAM pun menjadi fokus utama kampanye pihak oposisi.

Namun tampaknya isu supremasi hukum dan keamanan bukan prioritas sebagian besar para pemilih terutama pihak konservatif.

Sementara itu, strategi Erdogan untuk menggembor-gemborkan isu stabilitas nasional kebesaran bangsa, hingga pengaruh Turki di panggung internasional justru membuahkan hasil baginya dalam pemilu kali ini.

Berlanjut ke halaman berikutnya >>>

Erdogan Pintar Merebut Hati Pemilih

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER