Calon presiden saingan Recep Tayyip Erdogan, Kemal Kilicdaroglu, menyebut pemilihan umum (Pemilu) Turki kali ini merupakan pemilu paling curang dalam sejarah negara tersebut.
Pernyataan itu muncul usai Kilicdaroglu kalah dari Erdogan di putaran kedua pemilu Turki.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pemilu ini salah satu periode paling curang dalam sejarah. Saya berterima kasih untuk semua pendukung kami, lebih dari 25 juta, atas suara yang mereka berikan," kata Kilicdaroglu pada Minggu (28/5).
Ia kemudian berujar, "Terus berjuang untuk demokrasi. Saya berjuang untuk itu, saya berjuang untuk Anda dan terus melakukan ini di masa depan."
Di putaran kedua, Kilicdaroglu meraih 47, 86 persen, sementara Erdogan 52,14 persen perolehan suara. Hasil tersebut membawa Erdogan mengamankan periode ketiga sebagai presiden Turki.
Kilicdaroglu juga mengaku sedih dengan hasil tersebut.
"Apa yang benar-benar membuat saya sedih adalah hari-hari sulit menanti di depan bagi negara kita," ucap Kilicdaroglu, seperti dikutip CNN.
Sementara itu, Erdogan tampak girang dengan hasil pemilu Turki kali ini. Ia bahkan meledek rivalnya dengan mengucapkan selamat tinggal.
"Bye, bye, bye Kemal. Satu-satunya pemenang hari ini adalah Turki," ledek Erdogan di depan para pendukung di luar kediaman dia di Istanbul.
Tuduhan pemilu curang bukan kali pertama. Pada 2018 lalu, Organisasi untuk Keamanan dan Kerja sama di Eropa (Organization for Security and Co-operation in Europe/OSCE) menyatakan hal serupa.
Mereka menilai partai oposisi tak memiliki kesempatan kampanye yang sama seperti partai penguasa.
Selain itu, OSCE menduga kebebasan media yang minim di Turki juga turut menguntungkan Erdogan saat itu.
Pembatasan kebebasan berbicara, kebebasan media dan kebebasan berkumpul berdampak terhadap pemungutan suara, demikian dikutip Deutsch Welle.
(bac/isa/bac)