Pasukan Ukraina mengklaim berhasil merebut kembali sejumlah desa yang sebelumnya dikuasai Rusia. Perebutan desa-desa ini dilakukan dalam serangan balasan sejak sepekan terakhir.
Dalam pernyataannya awal pekan ini, militer Ukraina mengklaim telah merebut kembali tujuh desa dari pasukan Rusia di sepanjang front sekitar 100 kilometer di wilayah tenggara, sejak serangan balasan tersebut.
"Saya berterima kasih kepada orang-orang kami untuk setiap bendera Ukraina yang kembali ke tempat yang selayaknya, di desa-desa di wilayah yang baru saja dibebaskan," kata Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, awal pekan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun siapa orang di balik kesuksesan serangan balik Ukraina ke Rusia sepekan terakhir?
Adalah Valerii Zaluzhnyi, Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina yang juga dijuluki sebagai "Jenderal Besi."
Dilansir dari Insider, Valerii Zaluzhnyi telah memimpin militer Kyiv sejak Juli 2021, ditunjuk langsung oleh Presiden Volodymyr Zelensky. Saat Ukraina diinvasi Rusia, sang jenderal punya dua tujuan strategis untuk mempertahankan Ukraina.
"Kami tidak bisa membiarkan Kyiv jatuh. Dan, pada semua vektor lainnya, kami harus menumpahkan darah mereka, bahkan jika di beberapa tempat akan kehilangan wilayah," kata dia, dikutip dari Time.
Dengan kata lain, tujuannya adalah memungkinkan Rusia maju dan menghancurkan mereka di baris depan dan jalur suplai di belakang.
Di balik kepemimpinan militernya, Zaluzhnyi justru mengaku "berguru" dari Jenderal Rusia Valery Gerasimov.
"Saya belajar dari Gerasimov. Saya membaca semua yang pernah dia tulis. Dia pria terpintar, dan harapan saya padanya sangat besar," kata Zaluzhnyi.
Namun siapa yang menyangka sebelum mendapat reputasi sebagai komandan yang agresif dan ambisius, Zaluzhnyi ternyata saat muda tak ingin berkarier di dunia militer.
Lahir di garnisun militer Soviet di Ukraina utara pada tahun 1973, dia mengaku justru bermimpi menjadi seorang komedian, seperti Zelensky sebelum jadi presiden.
Sebaliknya ia mengikuti jejak militer keluarganya dengan bergabung di akademi Odessa tahun 1990-an ketika Uni Soviet runtuh dan Ukraina mengalami krisis.
Selama menjabat sebagai panglima, Zaluzhnyi punya misi untuk mereformasi angkatan bersenjata Ukraina untuk beroperasi seperti militer negara-negara Barat, dan meninggalkan praktik era Soviet.
(dna)