Seorang pemuda tewas setelah jatuh dari atap sebuah toko di barat laut Prancis di tengah aksi protes terhadap perlakuan polisi atas warga sipil yang terus berlangsung hingga Jumat (30/6).
Aksi itu merupakan bentuk protes yang masih berlangsung sejak beberapa hari lalu imbas tembakan oleh polisi yang menewaskan Nahel M, remaja 17 tahu di Nanterre pada Selasa (27/6) pagi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diberitakan AFP pada Sabtu (1/7), polisi mengonfirmasi kematian itu dan mengungkapkan korban tewas itu pria berusia 20 tahun. Ia jatuh dan menabrak atap sebuah supermarket.
Polisi juga mengungkapkan supermarket lokasi kejadian itu bukan jadi target penjarahan selama kerusuhan terjadi sejak Kamis (28/6) malam.
Penembakan yang menewaskan remaja itu memicu aksi dan berujung kerusuhan di banyak kawasan Prancis sejak beberapa hari lalu.
Pada Jumat (30/6) siang, banyak anak muda turun ke jalan dan melakukan penjarahan di Strasbourg, Prancis dan menargetkan banyak toko, termasuk Apple Store.
Polisi sebelumnya sudah menutup akses ke pusat perbelanjaan, termasuk pintu menuju Apple Store itu, demi menghindari vandalisme.
Namun, sekelompok pemuda dilaporkan berkumpul di pintu masuk yang lain dan mulai merusaknya. Berdasarkan keterangan saksi mata, polisi menggunakan gas air mata untuk melawan para penjarah.
Staf di department store terdekat Galeries Lafayette menurunkan daun jendela logam untuk perlindungan, seperti yang dilakukan toko lain di lingkungan tersebut.
Sedangkan beberapa toko barang mewah telah mengosongkan etalase mereka. Namun, toko lain yang menjual pakaian atau sepatu dijarah oleh oknum yang ikut aksi. Perusuh juga merusak kendaraan polisi.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin menuturkan setidaknya 421 orang ditangkap dengan lebih dari separuh penangkapan terjadi di wilayah Paris, yakni di departemen Hauts-de-Seine, Seine-Saint-Denis, dan Val-de-Marne.
Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne mengatakan pemerintah akan mempertimbangkan semua opsi, termasuk menyatakan keadaan darurat, untuk memulihkan kembali hukum dan ketertiban.
Jaksa mengatakan polisi yang membunuh remaja tersebut telah didakwa dengan pembunuhan dan ditempatkan dalam penahanan pra-sidang.
Pengacara polisi itu pada Kamis (29/6) mengatakan bersiap mengajukan banding atas penahanan kliennya. Ia juga menyatakan pelaku telah meminta maaf, termasuk kepada keluarga korban.
"Kata-kata pertama yang ia ucapkan adalah meminta maaf dan kata-kata terakhir yang dia katakan adalah permintaan maaf kepada keluarga," kata Laurent-Franck Lienard kepada BFMTV, Kamis (29/6) petang.
"Dia hancur, dia tidak bangun pagi hari untuk membunuh orang. Dia tidak ingin membunuhnya," ucap pengacara.
(afp/chri)