Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut para pedemo di sejumlah kota melakukan demonstrasi rusuh sepanjang pekan ini akibat meniru adegan di video game.
Macron mengatakan para demonstran yang sebagian besar merupakan remaja "muda atau sangat muda" itu teracuni tayangan video game sehingga nekat melakukan kerusuhan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karenanya, ia meminta para orang tua menjaga anak-anak mereka untuk tetap di rumah agar tak ikut turun ke jalan.
"Ini merupakan tanggung jawab orang tua untuk menjaga mereka tetap berada di rumah," kata Macron usai mengadakan pertemuan darurat, seperti dikutip The Telegraph, Jumat (30/7).
"Bukan tugas negara untuk bertindak menggantikan mereka."
Dalam kesempatan itu, Macron juga menyalahkan sosial media seperti Snapchat dan TikTok yang makin membuat situasi jadi panas. Ia pun mendesak perusahaan platform jejaring sosial tersebut untuk menghapus unggahan yang berkaitan dengan kerusuhan.
"Platform dan jaringan internet memainkan peran utama dalam kejadian belakangan ini," ucap Macron.
"Kami telah mengamati bahwa Snapchat, TikTok, dan yang lainnya berfungsi sebagai tempat berkumpulnya kekerasan, tetapi ada juga bentuk peniruan kekerasan yang bagi sebagian anak muda membuat mereka kehilangan kontak dengan kenyataan. Anda sudah mengetahui bahwa beberapa dari mereka mengikuti video game yag telah memabukkan mereka." sambung dia.
Sejak 27 Juni lalu, unjuk rasa hingga bentrokan antara pedemo dan polisi terjadi di sejumlah kota di Prancis, termasuk ibu kota Paris.
Demonstrasi pertama kali pecah di Nanterre, selatan Paris, sekitar Selasa (27/6) malam dan meluas secara cepat ke ibu kota sampai kota besar lainnya seperti Lyon, Marseille, hingga Toulouse.
Bukan cuma demonstrasi, penjarahan pun turut terjadi seiring dengan kerusuhan tersebut.
Setidaknya 250 polisi terluka akibat bentrokan. Sebanyak 1.300 demonstran yang didominasi anak muda juga telah ditahan aparat.
Protes berujung rusuh ini sendiri meletus akibat penembakan seorang remaja imigran oleh polisi. Aparat menembak remaja bernama Nahel M saat tengah mengendarai Mercedes kuning di Nanterre.
Menurut Jaksa Nanterre, Pascal Prache, petugas polisi terpaksa menembak Nahel lantaran takut mobil itu menabrak orang-orang.
Dalam video yang direkam warga, dua polisi menggunakan sepeda motor mencoba menghentikan Mercedes kuning yang tengah melaju. Salah satu polisi melontarkan tembakan ke jendela sopir akibat mobil tak berhenti.
Padahal, sang pengemudi terlihat tidak memberontak dan menunjukkan tanda-tanda ancaman bagi sang polisi.
Saat ini, polisi penembak Nahel telah ditahan dan diselidiki. Jaksa Nanterre meyakini penembakan Nahel merupakan tindakan ilegal dari sang polisi.
(blq/rds)