Masyarakat Israel kembali melakukan aksi unjuk rasa di jalan-jalan ibu kota Tel Aviv, jelang pemungutan suara parlemen yang berencana melakukan reformasi peradilan.
Massa berkumpul di pusat kota Tel Aviv dan menyerukan "hari perlawanan nasional" menjelang pemungutan suara yang rencananya akan digelar akhir bulan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menghadapi pemerintah yang terburu-buru membongkar demokrasi. Hanya kita, warga negara, yang dapat menghentikan rangkaian kediktatoran," kata seorang inisiator unjuk rasa, dikutip dari AFP.
Juru bicara aksi unjuk rasa, Josh Drill, mengatakan tekanan pada pemerintah akan terus berlanjut melalui "tindakan pembangkangan tanpa kekerasan."
Dia menambahkan, "Kami akan terus melakukan aksi protes di jalan-jalan sampai perombakan yudisial dibatalkan sepenuhnya."
Aksi unjuk rasa selama beberapa pekan terakhir di Israel dipicu usulan pemerintah sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk merombak sistem peradilan.
Senin (10/7) pekan lalu, parlemen Israel bahkan telah mengadopsi Rancangan Undang Undang (RUU) kontroversial tentang usulan ini. Setelah menggelar sesi parlemen, RUU tersebut diadopsi dengan total dukungan 64 dibandingkan 56 suara.
Salah satu efek potensial dari RUU yang ditentang warga Israel adalah pada penunjukan menteri.
Kubu pro menilai RUU ini akan memungkinkan perwakilan terpilih, memiliki hak keputusan akhir terkait kebijakan dan penunjukan.
Sebaliknya kubu kontra berpendapat RUU ini terancam akan menghapus fungsi pemeriksaan yang justru penting dilakukan, demi menghindari pengambilan keputusan yang sewenang-wenang.
(dna/dna)