Kepolisian Swedia masih mengizinkan aksi pembakaran Al Quran berlangsung pada Senin (31/7), terlepas dari tekanan berbagai pihak untuk melarang kegiatan serupa.
Sejumlah pengunjuk rasa kembali akan menggelar aksi membakar Al Quran pada Senin siang waktu Stockholm. Kali ini, mereka menggelar aksi tersebut di luar gedung parlemen Swedia di ibu kota.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pedemo menuturkan mereka akan terus membakar Al Quran sampai pemerintah melarang kitab suci umat Islam tersebut di Swedia.
"Saya akan membakarnya (Al Quran) berkali-kali, sampai Anda melarangnya," kata penyelenggara demo, Salwan Najem, kepada surat kabar lokal Expressen.
Najem telah menggelar aksi serupa bersama dengan seorang imigran asal Irak, Salwan Momika, dua kali di Stockholm. Salah satu aksi pembakaran itu dilakukan di Masjid Pusat Stockholm saat perayaan Idul Adha kemarin.
Dikutip AFP, aksi pembakaran Al Quran terbaru ini dikabarkan akan berlangsung sekitar pukul 13.00 waktu lokal.
Padahal, Swedia mulai mempertimbangkan larangan pembakaran Al Quran setelah Stockholm dikecam banyak negara hingga kelompok Islam terkait aksi pembakaran kitab suci kian marak di negara tersebut.
Rencana pertimbangan itu tercermin usai Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson dan Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen menggelar pertemuan pada Minggu (30/7).
Pertemuan Kristersson dan Frederiksen untuk mencari solusi menemukan cara melawan undang-undang kebebasan berbicara yang mengizinkan pembakaran kitab suci terjadi berulang kali.
"Kami berbagi analisis yang sama: situasi sekarang berbahaya dan langkah yang diperlukan untuk memperkuat ketahanan kita," ujar Kristersson, seperti dikutip Financial Times.
Kristersson juga menerangkan pemerintah telah mulai menganalisa situasi hukum termasuk undang-undang ketertiban umum terkait aksi pembakaran kitab suci.
"Dengan tujuan mengeksplorasi ruang lingkup langkah-langkah yang akan memperkuat keamanan nasional kita dan keamanan Swedia di Swedia dan luar negeri," ungkap dia.
Di kesempatan itu, Kristersson juga menuding Rusia dan negara lain yang mencoba untuk menyebarkan informasi keliru soal pembakaran Al Quran. Dia mengklaim aksi tersebut di luar kewenangan pemerintah.
Sejak aksi pembakaran Al Quran marak terjadi, Swedia pun memerintahkan 15 badan keamanan termasuk militer untuk bersiaga mengantisipasi ancaman keamanan seperti terorisme yang mungkin terjadi di negara tersebut.
(rds)