Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) sampai-sampai menggelar pertemuan khusus membahas situasi di Swedia. Ini membuat Stockholm tertekan di tengah upaya mereka masuk aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
"Kecaman dan tekanan terhadap Swedia semakin kuat dan ada upaya Swedia mengalihkan isu lama ini dengan sabotase Rusia," terang Yon lagi.
Sementara itu, pengamat hubungan internasional lain dari Universitas Muhammadiyah, Fahmi Salsabila, juga punya pandangan serupa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia memandang perlu bukti nyata terkait tuduhan Swedia terhadap Rusia.
"Rusia sendiri sedang fokus dalam konflik melawan Ukraina yang didukung negara Barat," kata Fahmi.
Rusia selama ini memang cemas jika ada negara, terutama bekas eks Uni Soviet, yang ingin bergabung dengan NATO. Namun, kata Fahmi, bukan berarti Kremlin ikut andil di urusan internal negara lain.
"Bukan berarti Rusia mengintimidasi jauh ke dalam negeri Swedia," ujar dia.
Fahmi lalu memberi contoh upaya Ukraina masuk NATO. Di kasus ini, lanjut dia, Rusia melakukan pendekatan bertahap dengan pendekatan diplomatik, terbuka, dan memberi tekanan.
Rusia menyatakan keberatan soal ekspansi NATO menyangkut keamanan nasionalnya. Namun, Barat mengabaikan pandangan Kremlin.
"Hingga akhirnya memutuskan untuk melakukan serangan ke Ukraina karena jika Ukraina masuk NATO maka menjadi ancaman besar bagi kedaulatan Rusia," lanjut Fahmi.
Rusia juga melakukan tindakan serupa saat Georgia ingin masuk NATO.
Pada Agustus 2008, Rusia melancarkan serangan ke Ossetia Selatan, Georgia. Wilayah itu dikuasai kelompok separatis yang pro-Rusia.
Pertempuran berakhir setelah berlangsung selama lima hari. Rusia dan Georgia sepakat gencatan senjata, sebuah langkah yang dimediasi Uni Eropa.
Setelah itu, Rusia mengakui Ossetia Selatan dan wilayah separatis lain, Abkhazia, sebagai negara merdeka. Kremlin juga membangun pangkalan militer di wilayah tersebut.
(isa/rds/bac)