Wakil Presiden William Lai menyatakan Taiwan tak gentar usai China mengecam dan mengancam akan mengambil tindak tegas menyusul transit dia ke Amerika Serikat.
Lai sebetulnya melakukan perjalanan ke Paraguay untuk menghadiri pelantikan presiden terpilih Santiago Pena. Namun, ia transit di New York, AS, pada Minggu (13/8). Ia dilaporkan akan kembali mampir di AS, tepatnya di San Fransisco, usai terbang dari Paraguay pada 16 Agustus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika Taiwan aman, dunia aman. Jika Selat Taiwan damai, dunia akan damai," kata Lai kepada pendukungnya, seperti dikutip Reuters.
Saat tiba di New York, Lai disambut perwakilan kedutaan de facto AS di Taiwan, Institut Amerika di Taiwan (American Institute in Taiwan/AIT) dan sejumlah pendukungnya.
Lebih lanjut, Lai mengatakan sebesar apa pun ancaman China ke Taiwan, mereka tak akan gentar.
"Kami sama sekali tak akan takut atau gentar, kami akan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan kebebasan," ujar Lai.
Di kesempatan itu, Lai juga mengaku "sangat bersedia" berdialog dengan China dan mengupayakan perdamaian serta stabilitas.
Namun, dia menegaskan akan melindungi Taiwan dan hanya warga di pulau itu yang bisa memutuskan masa depan Taiwan.
Komentar Lai muncul setelah Kementerian Luar Negeri China mengecam kunjungan dia di New York.
"China menyesalkan dan mengutuk keras keputusan AS untuk mengatur apa yang disebut persinggahan," demikian menurut Kemlu China.
Kemlu China juga menyebut Lai separatis yang ingin memerdekakan Taiwan dan pembuat onar.
Salah satu juru bicara Kemlu yang enggan disebutkan namanya mengatakan China akan mengambil sikap tegas dan kuat soal kunjungan Lai.
"China mengikuti perkembangan situasi dan akan mengambil tindakan tegas dan kuat demi menjaga kedaulatan nasional dan integritas wilayah," kata jubir itu, seperti dikutip AFP.
China kerap meradang jika ada pejabat Taiwan yang berkunjung ke negara lain atau sebaliknya. Mereka menganggap langkah ini sebagai dukungan terhadap Taiwan.
Taiwan selama ini menyatakan ingin memerdekakan diri dari China.
Beijing bahkan tak segan mengambil sikap tegas usai kunjungan itu terjadi. Pada April lalu misalnya, China menggelar latihan militer untuk merespons pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing Wen dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Kevin McCarthy di Los Angeles.
Usai latihan berakhir, militer China menegaskan siap menyerang setiap saat. Mereka juga menyatakan bisa berperang kapan saja untuk menghancurkan segala upaya "kemerdekaan Taiwan" dan campur tangan asing.
(isa/bac)