Negara-negara Barat sendiri selama ini mengklaim tidak berpartisipasi secara langsung dalam konflik di Ukraina. Mereka juga menghindari memasok senjata tertentu, terutama jet tempur dan rudal jarak jauh, yang berisiko menimbulkan bentrok langsung dengan Rusia.
Meski begitu, Barat telah memasok senjata senilai lebih dari US$100 miliar atau setara Rp1,5 kuadriliun selama invasi ini. Tindakan ini jelas mengabaikan peringatan Rusia yang berulang kali menegaskan bahwa pasokan senjata semacam itu semakin membawa AS dan NATO berkonfrontasi langsung dengan Kremlin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Kremlin juga menyatakan bahwa dukungan Barat di balik serangan tak berawak Ukraina ke warga sipil Rusia membuktikan bahwa Barat sudah menjadi "sponsor teroris".
"Tidak ada keraguan bahwa elite kekuatan Eropa fokus pada perang global melawan Timur," kata Khrenin.
"Hari ini, pertempuran ini telah berubah menjadi konfrontasi global antara Barat dan Timur di wilayah Ukraina. Perang proksi di Ukraina sebenarnya telah menempatkan planet ini di ambang perang dunia ketiga," ucapnya melanjutkan.
Pernyataan ini sendiri serupa dengan yang kerap disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin. Putin menyebut Rusia saat ini bukan hanya berperang melawan Ukraina, melainkan melawan "seluruh mesin militer Barat."
Sejak invasi pecah tahun lalu, Rusia berulang kali menegaskan bahwa upaya negara-negara Barat memasok senjata ke Ukraina bisa menjadikan perang Rusia-Ukraina meluas ke tingkat yang tak bisa diprediksi.
Rusia memang tak pernah setuju dengan Ukraina yang dipersenjatai AS dan NATO. Invasi ini sendiri sebetulnya karena Rusia takut akan semakin luasnya kekuatan NATO, yang saat itu diminta Ukraina mengizinkan Kyiv gabung jadi anggota.
NATO, sementara itu, tak pernah memberikan kepastian terkait keanggotaan Ukraina. Sebab jika Ukraina diterima menjadi anggota, artinya negara-negara NATO harus siap berperang melawan Rusia. Kemungkinan ini tentu menjadi momok besar bagi seluruh dunia.
(blq/bac)