Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Pertahanan Belarus, Viktor Khrenin, mengatakan peluang Rusia dan negaranya terlibat peperangan dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di masa depan kian nyata.
Khrenin mengatakan hal itu saat menghadiri Konferensi Keamanan Internasional di Moskow pada Selasa (15/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia berujar potensi perang kubu ini terlihat dari konflik di Ukraina yang saat ini telah berubah menjadi "konfrontasi global antara negara-negara Barat dan Timur."
Dilansir Russia Today, Khrenin mengatakan berdasarkan peningkatan pengeluaran senjata di seluruh negara Barat, "kesimpulannya jelas: peluang terjadinya bentrok langsung militer dengan NATO di masa depan sangat besar."
[Gambas:Video CNN]
"Bukan suatu kebetulan bahwa Belarus menganggap kembalinya senjata nuklir taktis ke wilayah kami sebagai faktor efektif pencegahan strategis," ucap Khrenin.
Ucapan Khrenin itu menggaungkan kembali pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Maret lalu bahwa senjata nuklir Kremlin bakal ditempatkan di negara tetangganya itu sebagai respons niat Inggris mengirim amunisi depleted uranium ke Kyiv.
Sejalan dengan ini, pejabat Kementerian Luar Negeri Rusia, Aleksey Polishchuk, mengatakan pada bulan lalu bahwa Kremlin hanya akan menyingkirkan senjata-senjata ini jika Amerika Serikat menyingkirkan lebih dulu rudal nuklirnya dari Eropa dan membongkar infrastruktur yang terkait dengannya.
Lanjut baca di halaman berikutnya...
Negara-negara Barat sendiri selama ini mengklaim tidak berpartisipasi secara langsung dalam konflik di Ukraina. Mereka juga menghindari memasok senjata tertentu, terutama jet tempur dan rudal jarak jauh, yang berisiko menimbulkan bentrok langsung dengan Rusia.
Meski begitu, Barat telah memasok senjata senilai lebih dari US$100 miliar atau setara Rp1,5 kuadriliun selama invasi ini. Tindakan ini jelas mengabaikan peringatan Rusia yang berulang kali menegaskan bahwa pasokan senjata semacam itu semakin membawa AS dan NATO berkonfrontasi langsung dengan Kremlin.
Selain itu, Kremlin juga menyatakan bahwa dukungan Barat di balik serangan tak berawak Ukraina ke warga sipil Rusia membuktikan bahwa Barat sudah menjadi "sponsor teroris".
"Tidak ada keraguan bahwa elite kekuatan Eropa fokus pada perang global melawan Timur," kata Khrenin.
"Hari ini, pertempuran ini telah berubah menjadi konfrontasi global antara Barat dan Timur di wilayah Ukraina. Perang proksi di Ukraina sebenarnya telah menempatkan planet ini di ambang perang dunia ketiga," ucapnya melanjutkan.
Pernyataan ini sendiri serupa dengan yang kerap disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin. Putin menyebut Rusia saat ini bukan hanya berperang melawan Ukraina, melainkan melawan "seluruh mesin militer Barat."
Sejak invasi pecah tahun lalu, Rusia berulang kali menegaskan bahwa upaya negara-negara Barat memasok senjata ke Ukraina bisa menjadikan perang Rusia-Ukraina meluas ke tingkat yang tak bisa diprediksi.
Rusia memang tak pernah setuju dengan Ukraina yang dipersenjatai AS dan NATO. Invasi ini sendiri sebetulnya karena Rusia takut akan semakin luasnya kekuatan NATO, yang saat itu diminta Ukraina mengizinkan Kyiv gabung jadi anggota.
NATO, sementara itu, tak pernah memberikan kepastian terkait keanggotaan Ukraina. Sebab jika Ukraina diterima menjadi anggota, artinya negara-negara NATO harus siap berperang melawan Rusia. Kemungkinan ini tentu menjadi momok besar bagi seluruh dunia.