Denmark juga mengalami peristiwa pembakaran Al Quran oleh dua demonstran di depan kedutaan besar Irak. Al Jazeera melaporkan bahwa dua demonstran tersebut menganggap diri sebagai pahlawan Denmark dengan aksinya menginjak dan membakar Al Quran disamping bendera Irak yang tergeletak di tanah.
Sebagai negara yang sekuler, Denmark tidak memiliki konstitusi khusus yang mengatur tentang agama. Sebagian besar kebudayaan Denmark dipengaruhi oleh tradisi Kristen.
Pemerintah Denmark menjunjung tinggi kebebasan berpendapat. Oleh karena itu, pemerintah Denmark berusaha menyelidiki sejauh mana aksi pembakaran Al Quran mempengaruhi keamanan negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
"Hal ini tentu saja harus dilakukan dalam kerangka kebebasan berekspresi yang dilindungi konstitusi dan dengan cara yang tidak mengubah fakta bahwa kebebasan berekspresi di Denmark mempunyai cakupan yang sangat luas," kata menteri luar negeri Denmark, dilansir dari The Guardian.
Pembakaran Al Quran terjadi di Belanda pada Januari 2023 dengan isu Islamophobia yang kian merebak. Pembakaran Al Quran ini menjadi perhatian publik setelah video amatirnya tersebar di sosial media.
Seorang pemimpin kelompok Patriotik Eropa Melawan Islamisasi Barat (PEGIDA), Edwin Wagensveld, merobek dan membakar salinan Al Quran. Diperkirakan akan terjadi peristiwa serupa di kota-kota lainnya. Edwin berargumen bahwa protes menggunakan Al Quran mendapatkan izin dari pemerintah, asalkan tidak membakar.
"Hak untuk melakukan protes dan hak atas kebebasan berekspresi adalah hak asasi manusia dan kebebasan yang dilindungi konstitusi dan perjanjian. Pada prinsipnya membakar benda tidak diperbolehkan, karena dapat menimbulkan bahaya," tertulis dalam surat izin demonstrasi Den Haag.
Aksi Edwin ini mendapat perhatian dari masyarakat Islam di Belanda. Mereka menolak adanya segala bentuk tindakan pelecehan terhadap Al Quran dan Islamophobia.
Anadolu melaporkan bahwa ratusan demonstran Muslim melakukan aksi unjuk rasa menuju alun-alun Koekamp. Aksi unjuk rasa tersebut menjadi bagian dari gerakan "Hentikan Kebencian Anti-Muslim" oleh Federasi Organisasi Islam (FIO) dan Asosiasi Organisasi Islam Wilayah Haaglanden (SIORH).
(tim/bac)