Sejak Sabtu (7/10), Israel dibombardir lebih dari 2.000 roket oleh kelompok militan Palestina, Hamas, yang menewaskan banyak warga sipil.
Serangan ini termasuk dalam rangkaian penyerangan Hamas dalam Operasi Badai Al-Aqsa, yang menargetkan 5.000 peluncuran roket ke Israel. Salah satu penyebab penyerangan yang dilakukan Hamas adalah penyerbuan Israel ke Masjid Al-Aqsa yang menewaskan 250 warga Palestina beberapa bulan lalu.
Seperti dilansir dari The Guardian, Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, menyatakan bahwa penyerangan ini berdasarkan atas ketidakadilan yang dirasakan warga Palestina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, pasukan militer Hamas menahan 130 prajurit Israel di Gaza. Seperti dikutip dari Associated Press, Hamas akan melepaskan pasukan militer jika Israel melepaskan ribuan warga sipil Palestina yang ditahan di penjara Israel.
Dalam serangan ke Israel, Hamas dituduh mendapat bantuan dari Iran, meskipun tuduhan itu langsung dibantah.
Hamas selama ini dikenal memiliki hubungan erat dengan Iran. Dalam melakukan penyerbuannya ke Israel sejak Tahun 2007 untuk merebut Jalur Gaza, Hamas diduga mendapatkan bantuan senjata dan pelatihan militer dari Iran.
Hamas merupakan gerakan Islam Sunni dan nasionalisme Palestina yang berusaha merebut Jalur Gaza sejak Tahun 1987. Gerakan yang dahulu dipimpin oleh Sheikh Ahmed Yasin dan Abdul Aziz al-Rantissi ini semakin gencar melakukan aksinya saat Israel ingin merebut daerah teritorial Palestina.
Pada akhirnya Hamas berhasil menguasai Jalur Gaza pada Tahun 2007. Keberhasilan Hamas menguasai Jalur Gaza semakin memperparah konflik antara Palestina dan Israel.
Hamas adalah bagian dari aliansi regional yang mencakup Iran, Suriah dan kelompok Hizbullah di Lebanon, yang menentang kebijakan Amerika Serikat atas Timur Tengah dan Israel, dikutip dari Aljazeera News.
Hamas dibentuk pada Tahun 1980-an sebagai cabang Jihad Sunni Ikhwanul Muslimin Mesir yang memiliki tujuan untuk menghancurkan Israel dan orang-orang Yahudi penghasut perang.
Hamas kemudian melakukan kontak tingkat tinggi dengan Iran saat Republik Islam melakukan dua konferensi terkait Palestina antara Tahun 1990-1991. Konferensi ini menjadi penengah konflik antara Arab dan Israel yang membuat nama Hamas dikenal publik.