Pada Tahun 1992, pasukan Hamas terlibat dalam perjuangan Palestina menyerang Israel. Penyerangan ini membuat 418 pasukan Hamas dideportasi ke Lebanon. Dilansir dari The Washington Institute for Near East Policy, Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) dan Hizbullah menjadi tuan rumah bagi pasukan Hamas yang dideportasi.
Mereka mengajarkan pasukan Hamas terkait cara membuat dan menggunakan bom bunuh diri. Ilmu ini dipraktekkan oleh pasukan Hamas saat kembali ke daerah dekat perbatasan Israel. Sejak saat itu juga Iran diklaim mulai menyumbangkan bantuan dana senilai 50 juta USD setiap tahunnya ke Hamas.
Antara Hamas, IRGC, dan Hizbullah terus terjalin kerja sama dalam memperkuat pertahanan melawan Israel. Hizbullah bahkan menyelundupkan bahan-bahan peledak bagi Hamas untuk melakukan bom bunuh diri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iran bahkan mendukung program roket Hamas dengan memberikan pelatihan cara membuat roket dari bahan sehari-hari, seperti gula dan pipa. Pembuatan roket lalu berkembang dengan memanfaatkan sisa bom dan peralatan milik Israel yangbelum meledak.
Pada Tahun 2008-2009, senjata Iran sudah terlihat digunakan para pasukan Hamas untuk menyerang Israel di Gaza. Penyerangan tidak lagi melalui bom bunuh diri, melainkan menggunakan tank, roket, dan mortir. Senjata yang dikirimkan oleh Iran diselundupkan melalui Sudan dan jalur laut, sehingga dapat menghindari blokade dari Israel.
Terkait dengan Operasi Badai Al-Aqsa beberapa hari ini, Hamas mengklaim mendapat dukungan penuh dari Presiden Iran, Ebrahim Raisi. Dilansir dari CNN, Raisi memuji serangan mendadak Hamas dan mendukung pertahanan sah bangsa Palestina.
Raisi menyatakan bahwa Israel dan pendukungnya bertanggung jawab atas ancaman keamanan negara-negara di kawasan Timur Tengah.
(cpa/wiw)