Pilu Warga Gaza Diserang Israel: Jadi Tunawisma Usai Melahirkan

CNN Indonesia
Selasa, 10 Okt 2023 02:30 WIB
Istri warga Gaza, Amer Ashour mengalami kontraksi dan harus menjalani persalinan ketika Israel mulai mengepung kawasan Gaza pada Sabtu (7/10).
Kondisi Gaza yang hancur saat Israel melakukan serangan balasan. (AFP/Mohammed Abed)

Ia pun mempertanyakan klaim pihak militer Israel yang mengaku akan melakukan penyerangan jika terdapat perlawanan militer, meskipun terjadi di wilayah sipil.

"Hingga saat ini, saya masih terkejut bahwa gedung itu menjadi target mereka," ujar Al-Hassi.

"Terdapat permukiman sipil yang aktif, dengan klinik, perusahaan, dan pusat kecantikan? Mana aktivitas militer yang telah diklaim oleh Israel?" cetusnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang kita semua, saudara saya dan keluarga saya, menjadi tunawisma dalam hitungan jam dan kami tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya," sambung Al-Hassi.

Di pusat kota, salah satu penghuni Al-Watan Tower, Youssef Al-Bawab juga bersaksi kepada Al Jazeera bahwa mereka pada akhirnya menerima ultimatum dari pasukan Israel pada pukul 17.00 waktu setempat untuk segera meninggalkan gedung.

"Kami merasa sangat ketakutan. Gedung itu hanya berjarak beberapa meter dari kami dan itu adalah gedung masyarakat sipil," kata Al-Bawab.

"Kami tidak melihat ada aktivitas perlawanan seperti yang diklaim oleh Israel," sambungnya.

Alhasil, gedung tempat tinggal Al-Bawab bersama 150 orang lainnya rusak parah dan tidak dapat dihuni lagi. Beberapa rumah dan gedung lain di sekitar Al-Watan Tower juga rusak parah akibat bom dari Israel.

Serupa dengan pengakuan Al-Hassi, Al-Bawab juga meyakini bahwa pasukan militer Israel dengan sengaja menyerang para sipil meskipun tidak ada aktivitas militer dan perlawanan yang terjadi.

"Israel mengatakan bahwa mereka menargetkan pejuang perlawanan, pusat militer, dan gedung-gedung milik Hamas, tetapi kenyataannya lain," kata Al-Bawab.

"Saya percaya Israel dengan sengaja menargetkan warga sipil dan mengusir mereka untuk memberikan tekanan lebih pada Hamas. Tapi apa kesalahan kami? Kami harus pergi ke mana?" imbuhnya.

Di sebelah utara di area Beit Lahia, seorang warga bernama Mohammed Salah mengaku harus meninggalkan rumahnya dan mencari perlindungan di bangunan sekolah.

Pada bangunan sekolah hasil bantuan PBB tersebut, Salah tinggal bersama puluhan kepala keluarga lainnya untuk berlindung dari peperangan antara Israel dan Hamas.

"Semalam, pesawat-pesawat Israel membombardir daerah kami secara sembarangan. Situasinya sangat berbahaya, jadi saya meninggalkan rumah bersama keluarga-keluarga lainnya," kata Mohammed Salah kepada Al Jazeera.

"Bom-bom Israel tidak membedakan antara warga sipil dan pejuang perlawanan. Dalam setiap perang, kami meninggalkan rumah kami karena serangan yang sembrono,"

"Kami telah hidup dalam situasi seperti ini selama bertahun-tahun, tanpa ada yang membela atau berdiri untuk kami. Kami memiliki hak untuk melawan penjajah kami," tegas Salah.

Beberapa hari ini situasi di Gaza memanas usai Israel dan milis Hamas saling serang. Serangan pasukan militan Palestina itu dimulai sejak Sabtu (7/10) pagi, yang diklaim sebagai serangan untuk "mengakhiri pendudukan terakhir di bumi."

Pasukan Israel kemudian membalas dengan melancarkan Operasi Pedang Besi. Mereka mengklaim operasi ini menargetkan infrastruktur Hamas di Jalur Gaza.

Serangan Israel terhadap Gaza berlanjut hingga dini hari pada Minggu (8/10) malam waktu setempat. Imbas saling serang Hamas-Israel, ratusan orang meninggal dunia dan ribuan orang lainnya mengalami luka-luka.

(far/wiw)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER