Cerita Dokter Operasi Pasien Tanpa Bius saat Israel Gempur Jalur Gaza

CNN Indonesia
Senin, 23 Okt 2023 20:40 WIB
Sejumlah dokter di Jalur Gaza Palestina menceritakan situasi mengerikan yang terjadi di rumah sakit ketika peperangan antara Hamas vs Israel terus memanas.
Sejumlah dokter di Jalur Gaza Palestina menceritakan situasi mengerikan yang terjadi di rumah sakit ketika peperangan antara Hamas vs Israel terus memanas. (AP/Mohammed Ali)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tidak ada mimpi yang lebih buruk bagi seorang dokter ketika harus merawat pasien-pasien terluka tanpa obat-obatan yang memadai di tengah kondisi peperangan. Itu lah yang kini dirasakan seorang ahli bedah ortopedi di sebuah rumah sakit Jalur Gaza Palestina, Dr Nidal Abed.

Rumah sakit tempat Abed bekerja telah kehabisan sebagian besar stok obat-obatan utama, termasuk obat bius, sejak Israel menggempur habis-habisan Jalur Gaza pada 7 Oktober lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi ini pun diperparah dengan keputusan Israel memblokade total wilayah Gaza demi membungkam Hamas, termasuk melarang akses bantuan kemanusiaan untuk warga sipil di sana.

Dengan segala keterbatasan yang ada, Abed pun tetap harus melakukan operasi banyak pasiennya yang terluka akibat gempuran peperangan tanpa menggunakan obat bius.

Abed menuturkan jeritan mengerikan harus ia dengar setiap kali ia membedah dan menjahit luka-luka pasiennya tanpa anestesi.

Abed bahkan merasa tak sanggup setiap melihat pasien-pasiennya yang terluka dan masih mengantre menunggu giliran untuk ia rawat lukanya.

[Gambas:Video CNN]

Sejak gempuran Israel tak henti-hentinya menargetkan Jalur Gaza, pasien terluka terus berdatangan ke rumah sakit tempat ia bekerja. Sebab, tidak banyak rumah sakit yang beroperasi di wilayah Palestina yang dikuasai Hamas ini.

Abed pun bekerja pagi hingga malam untuk merawat pasien yang duduk berserakan di segala sudut rumah sakitnya mulai dari ruang gawat darurat hingga lantai koridor rumah sakit.

Tanpa persediaan yang cukup, Abed hanya bisa bertahan dengan apa pun yang ia dapat temukan untuk mengobati luka pasien, seperti menggunakan kain pakaian pasien untuk perban, cuka untuk antiseptik, hingga jarum jahit untuk alat bedah.

"Kami kekurangan segalanya, dan kami menghadapi operasi yang sangat rumit," kata Abed kepada The Associated Press (AP) pada Jumat (20/10).

Abed bekerja dengan Doctors Without Borders dan praktik di Rumah Sakit Al Quds Gaza. RS tersebut masih merawat ratusan pasien di tengah perintah Israel kepada warga Gaza untuk mengungsi ke wilayah selatan.

Sekitar 10 ribu warga Palestina di Gaza juga masih mengungsi di kompleks rumah sakit itu demi menghindari gempuran Israel.

Berlanjut ke halaman berikutnya >>>>

Nasib Rumah Sakit Gaza di Ujung Tanduk

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER