Sejak Januari, warga Israel ramai-ramai turun ke jalan untuk memprotes sejumlah RUU ini. Protes itu datang dari berbagai kalangan, mulai dari pebisnis, pengacara, akademisi, hingga tentara Israel.
"Itu bisa menjadi salah satu alasan mengapa Hamas memilih waktu yang tepat untuk menyerang karena yakin Israel akan segera runtuh," kata Ran Porat, dosen dan analis Urusan Israel dan Timur Tengah di Pusat Peradaban Yahudi Australia, Monash University, seperti dikutip SBS News.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih jauh, perang antara milisi Hamas Palestina dengan Israel yang meletus pada 7 Oktober disebut-sebut bakal meruntuhkan kekuasaan Netanyahu.
Pengamat Studi Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, menilai Israel yang 'kebobolan' atas serangan Hamas bisa menjadi "serangan balik dari rakyat Israel yang menganggap Netanyahu gagal melindungi rakyatnya."
Yon lantas menilai rakyat Israel mulai sadar bahwa mereka tak sudi menjadi korban ambisi politik Netanyahu yang selama ini mengedepankan konflik atau perang.
"Saya prediksi Netanyahu akan tumbang karena ambisi perangnya yang tidak sepenuhnya didukung rakyatnya," ucap Yon.
Pandangan Yon ini senada dengan hasil polling terbaru di kalangan warga Israel. Polling yang dilakukan surat kabar Maariv menunjukkan bahwa 80 persen warga Israel ingin Netanyahu bertanggung jawab atas kegagalan dalam mencegah serangan mematikan Hamas.
Hasil poling ini dinilai sebagai sinyal bahwa masyarakat Israel ingin Netanyahu mundur dari jabatan.
(blq/bac)