Kenapa Rusia-China Tolak Melabeli Hamas Teroris?

CNN Indonesia
Selasa, 31 Okt 2023 19:38 WIB
Kenapa Rusia dan China enggan menyebut Hamas teroris seperti label yang diberikan negara-negara Barat?
Warga Palestina pendukung Hamas. (REUTERS/MOHAMMED SALEM)

Sejak Hamas memenangkan pemilu legislatif Palestina pada 2006, China telah memandang Hamas sebagai perwakilan terpilih rakyat Palestina. Beijing tidak pernah sekalipun menyebut kelompok berkuasa di Jalur Gaza itu sebagai organisasi teroris seperti negara-negara Barat.

Berbagai perang yang dihadapi Hamas dengan Israel pada tahun-tahun setelahnya pun tak membuat China mengubah posisinya. Beijing hanya mengecam bentuk kekerasan dan mendesak penyelesaian konflik melalui dialog.

Menurut sejumlah analis, dukungan penuh China terhadap Palestina, termasuk pula Hamas, yaitu demi meredam kekhawatiran dunia Islam dan Arab mengenai perlakuan Beijing terhadap etnis Muslim Uighur di wilayah Xinjiang, Tiongkok barat laut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak dulu, China punya persoalan panjang dengan etnis minoritas Muslim di negaranya tersebut. Sejumlah laporan menyebutkan otoritas Beijing melakukan degradasi terhadap kebudayaan Uighur nilai-nilai Islam mereka.

Negeri Tirai Bambu bahkan memasukkan kaum Uighur ke kamp-kamp khusus untuk di"reedukasi", mulai dari dipaksa berbahasa China hingga menerima ajaran komunisme dan sinifikasi.

Lebih lanjut, keputusan China mendukung Palestina yaitu untuk mempertahankan kerja sama dengan Timur Tengah. Timteng memasok sebagian besar kebutuhan minyak China, dan bahkan merupakan bagian dari inisiatif Belt and Road Beijing.

Belt and Road adalah proyek infrastruktur ambisius Presiden Xi Jinping untuk menghubungkan pasar di seluruh dunia dan memperluas pengaruh China.

Sementara itu, bagi Rusia, Hamas juga bukanlah organisasi teroris. Sama seperti China, Kremlin memandang Hamas sebagai bagian dari Palestina yang meraih suara rakyat wilayah itu.

Sikap Rusia terhadap Hamas ini semata-mata karena ingin menjalin hubungan baik dengan Palestina demi mengambil hati Dunia Selatan.

Menurut profesor di Universitas George Mason, Mark Katz, Kremlin "berusaha menyelaraskan diri dengan arus utama Arab" agar menguatkan posisinya di kawasan itu.

Bagi Hamidreza Azizi, pakar hubungan Iran-Rusia di Institut Urusan Internasional dan Keamanan Jerman, Rusia yang tak keras dengan Hamas juga mencerminkan kecenderungan Kremlin menuju hubungan yang lebih dekat dengan Iran dan sekutunya di kawasan.

"Saya pikir Rusia telah membuat pilihan strategis mengenai kepada siapa mereka harus berpihak di Timur Tengah, dan ini jelas bukan Israel," kata Azizi, seperti dikutip Time.

(blq/bac)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER