Usai DK PBB dianggap tak bisa menjalankan peran mereka, sejumlah pihak termasuk Indonesia menyurati PBB untuk menggelar sesi rapat khusus Sidang Majelis Umum PBB.
PBB kemudian menggelar Sidang Majelis Umum pada 27 Oktober. Mereka juga berhasil mengeluarkan resolusi soal perang Hamas-Israel.
Resolusi itu menuntut semua pihak "segera dan sepenuhnya mematuhi" kewajiban berdasarkan hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional, khususnya berkaitan dengan perlindungan warga dan objek sipil, demikian dikutip situs resmi PBB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Senin, DK PBB menggelar rapat untuk menindaklanjuti resolusi itu. Resolusi yang dikeluarkan Sidang Majelis Umum PBB tak mengikat dan hanya bersifat moral.
Warga Israel menggelar demonstrasi dengan berkumpul di luar kediaman resmi Benjamin Netanyahu di Yerusalem pada hari Sabtu (4/11) sambil menyerukan sang perdana menteri untuk mengundurkan diri.
"Bibi adalah seorang pembunuh," teriak beberapa pengunjuk rasa sambil mengibarkan bendera Israel, seperti dilansir dari kanal YouTube resmi Middle Easy Eye, Minggu (5/11).
Bibi sendiri merupakan nama panggilan dari Benjamin Netanyahu. Benjamin Netanyahu adalah perdana menteri terlama sejak kemerdekaan Israel.
Beberapa pengunjuk rasa berupaya menerobos penghalang yang didirikan di dekat rumah Benjamin Netanyahu, dan sempat bentrok dengan polisi Israel.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) kembali gagal mencapai konsensus terkait rancangan resolusi untuk menghentikan perang di Jalur Gaza, dalam sesi tertutup yang digelar Senin (6/11).
"Belum ada kesepakatan pada saat ini," kata Wakil Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Robert Wood, dikutip CNN.
10 negara anggota tidak tetap DK PBB sebenarnya telah merancang sebuah resolusi soal perang di Gaza. Namun negara anggota tetap DK PBB yang memiliki hak veto, menentang resolusi itu.
Negara-negara Barat khususnya AS dan Inggris menolak memasukkan pelaksanaan gencatan senjata segera dalam resolusi tersebut.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Israel Tuduh RS Indonesia 'Markas' Hamas sampai Iron Dome Malafungsi |
Pada 7 Oktober, Hamas menyerang Israel dari darat, laut, dan udara.
Israel panen kritik bahkan dari warga negaranya karena dianggap kebobolan dan lalai.
Usai serangan mendadak itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mendeklarasikan perang dan bersumpah akan menyerang secara besar-besaran.
Dua hari setelahnya, Israel memblokade total Jalur Gaza dan melarang bantuan kemanusiaan masuk. Kini, bantuan bisa masuk tetapi dengan jumlah yang sangat terbatas.
Israel juga masih melarang BBM masuk ke Gaza padahal rumah sakit perlu bahan bakar untuk menyalakan generator dan membuatnya tetap beroperasi.
Kemudian pada 27 Oktober, Israel melancarkan invasi darat ke Jalur Gaza setelah meminta warga di wilayah itu pindah secara paksa.
Israel juga enggan menolak gencatan senjata sebelum para tahanan yang disebut disandera Hamas dibebaskan. AS, selaku sekutu dekat Israel, juga menyatakan hal serupa.
Washington khawatir gencatan senjata justru menguntungkan Hamas dan membuat mereka bisa menyerang kembali Israel.
(isa/bac)