Menurut pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, langkah boikot terhadap energi ini masih "sangat efektif" untuk menghentikan serangan-serangan Israel.
"Karena kalau tidak, pasti serangan akan terus berlangsung dan Israel tidak mau menghentikan sampai betul-betul bisa menguasai Gaza kembali," ucap Yon kepada CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yon sendiri melihat KTT di Riyadh ini lebih menonjolkan aspek solidaritas untuk Palestina. Pertemuan ini menurutnya belum menciptakan langkah konkret untuk memaksa Israel, maupun negara-negara pendukungnya, menghentikan agresi di Gaza.
Meski Iran sudah bersikap berani seperti itu, Yon berpandangan hal itu karena Teheran berkonfrontasi dengan Amerika Serikat dan Israel.
Negara-negara Arab dan Muslim sendiri, menurut dia, tak akan mau mengambil risiko dan lebih memilih "meredam agar tidak terjadi konflik yang meluas."
"[Selain itu], di sini saya lihat juga tidak ada langkah yang efektif dan jelas yang bisa dilakukan oleh KTT OKI ini kecuali kalau kemudian bisa berkomunikasi langsung dengan Biden atau AS dan memberikan tekanan pentingnya peran Amerika untuk menghentikan perang ini," tutur Yon.
Di sisi lain, pengamat politik dan hubungan internasional di Timur Tengah dari LaSalle College Internasional (LCI), Hendra Kurniawan, menilai KTT Liga Arab dan OKI ini merupakan hal positif yang mencerminkan persatuan sikap serta posisi negara-negara Arab dan Muslim.
"Hal ini merupakan kepercayaan, sekaligus tanggung jawab, untuk membuktikan resolusi KTT Arab-OKI memiliki taji bagi banyak kalangan," ucap Hendra kepada CNNIndonesia.com.
"Pesan-pesan yang ada di dalam resolusi ini, menurut hampir semua dari kita, merupakan pesan yang paling keras yang pernah dilakukan oleh OKI sejauh ini. Resolusi tersebut juga menunjukkan kesatuan posisi OKI terhadap situasi Gaza yang sangat memprihatinkan."
Dari 31 putusan komunike, Hendra menyoroti paragraf 11, yaitu pemberian mandat kepada menteri luar negeri Saudi, Yordania, Mesir, Qatar, Turki, Indonesia, hingga Nigeria untuk memulai aksi atas nama OKI dan Liga Arab demi menghentikan perang di Gaza dan memulai proses politik untuk mencapai perdamaian.
Menurutnya, paragraf ini menunjukkan "pengakuan dari OKI terhadap keaktifan atau kontribusi aktif Indonesia dalam terus mencoba menyelesaikan masalah Palestina terutama terakhir-terakhir ini adalah situasi di Gaza."
Lihat Juga : |
Sebagai negara pendukung kemerdekaan Palestina, Indonesia memang kencang menyuarakan kecaman terhadap aksi brutal Israel di Palestina. Suara lantang itu salah satunya dilontarkan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.
Retno sampai dipuji Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena garang saat membela Palestina di rapat PBB. Jokowi menilai sikap Retno yang mewakili Indonesia itu paling keras di PBB.
(blq/bac)