Jakarta, CNN Indonesia --
Rumah Sakit Al Shifa yang terletak di Jalur Gaza Palestina digempur oleh Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) pada Rabu (15/11).
Gempuran ini terjadi setelah tentara Israel terus membombardir area sekeliling kompleks rumah sakit selama empat jam terakhir.
Selain itu, gempuran oleh Israel ini juga terjadi ketika RS Al Shifa masih menampung sekitar 650 pasien dan 7 ribu warga Gaza. Sekitar 100 pasien dilaporkan dalam kondisi kritis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Israel diketahui melancarkan penyerbuan ini dengan dalih dan klaim bahwa RS terbesar di Jalur Gaza itu digunakan milisi Hamas sebagai pusat komando dan operasional. Namun sejauh ini belum ada bukti yang membuktikan klaim itu.
CNNIndonesia.com telah merangkum sejumlah fakta terkait gempuran Israel ke RS Al Shifa, sebagai berikut:
1. Geledah Ruangan Hingga Periksa Dokter
 Pasukan Israel menggerebek gedung-gedung utama Rumah Sakit Al Shifa di Gaza, menginterogasi dokter hingga pasien (via REUTERS/AHMED EL MOKHALLALATI) |
Dalam gempuran itu, pasukan Israel menggerebek gedung-gedung utama Rumah Sakit Al Shifa di Gaza, menginterogasi dokter hingga pasien di fasilitas medis tersebut.
Dalam laporan Al Jazeera, tentara Israel disebut menggeledah unit gawat darurat, departemen bedah khusus, hingga ruangan bersalin. Aksi Israel ini bahkan dikawal dengan senjata berat hingga tank.
Selama di sana, tentara Israel melakukan operasi pencarian di ruangan kamar demi kamar, koridor demi koridor, bahkan menginterogasi dokter dan staf medis satu per satu.
Tentara Israel juga mendirikan pos pemeriksaan elektronik [metal detector] di beberapa pintu gedung utama rumah sakit dan memanggil orang-orang yang masuk baik itu tim medis, pasien, atau korban luka, untuk melalui pos pemeriksaan itu untuk diinterogasi.
Salah satu dokter di RS Al Shifa, Munir al-Bursh, merekam salah satu percakapannya dengan pasukan Israel yang memanggil dokter yang bekerja di dalam fasilitas medis itu.
"Berada di dalam rumah sakit akan menciptakan ketakutan dan histeria di antara pasien di sini," kata al-Bursh, dikutip Al Jazeera.
"Semua lantai rumah sakit penuh dengan orang, dari lantai satu hingga lantai enam. Kalau masuk dan lihat sendiri, Anda akan melihat rumah sakit penuh orang. Unit penerimaan dan operasi penuh dengan pengungsi. Di unit luka bakar, di sisi kanan rumah sakit, penuh dengan pasien dan juga pengungsi," imbuhnya.
2. Staf Berlarian saat Gempuran Israel
Seorang dokter di Rumah Sakit Al Shifa, Jalur Gaza, Palestina mengatakan para staf berlarian menyelamatkan diri saat pasukan Israel menerobos masuk.
Dokter itu mengatakan staf RS berbondong-bondong menjauhkan diri dari jendela agar tak terkena baku tembak Israel dari luar rumah sakit. Di saat yang sama, tank-tank Israel pun menerobos halaman RS Al Shifa.
"[Kami] dibombardir. Penembakan di sekitar dan di dalam rumah sakit," jelas dokter tersebut kepada Reuters.
"Kondisi itu sangat mengerikan hingga bisa merasakan bahwa lokasinya sangat dengan rumah sakit. Kemudian kami menyadari bahwa tank-tank tersebut bergerak di sekitar rumah sakit," lanjutnya. "Mereka parkir di depan UGD RS."
3. Hilang Kontak dengan Gedung Lain
Supervisor Departemen Unit Gawat Darurat (UGD) Omar Zaqout mengatakan orang-orang di dalam Rumah Sakit Al Shifa di Gaza kehilangan kontak dengan gedung lain di kompleks rumah sakit.
Kata dia, orang-orang berlindung di dalam gedung dan menjauhi jendela serta pintu ketika Israel menyerbu rumah sakit terbesar di Gaza itu.
"Kami tidak tahu apa yang terjadi di luar. Yang kami dengar hanyalah ledakan, suara tembakan, jeritan orang lanjut usia, dan tangisan anak-anak," kata Zaqout dalam wawancara dengan Al Jazeera, seperti dilaporkan CNN, Rabu (15/11).
Zaqout juga mengugkapkan pasukan Negeri Zionis itu menggerebek ke gedung-gedung sekitar UGD. Dia juga menyaksikan orang-orang diborgol, ditelanjangi, dan ditutup matanya.
Berdasarkan keterangan seorang jurnalis di Al-Shifa, seorang tentara memerintahkan pria berusia di atas 16 tahun untuk angkat tangan. Mereka digiring keluar gedung dan ditelanjangi untuk memeriksa kepemilikan senjata atau bahan peledak.
"Keluar dari gedung menuju halaman dan menyerah," kata tentara memberikan perintah lewat pengeras suara, menurut keterangan jurnalis di lokasi, seperti dilaporkan AFP.
4. Pertempuran di luar RS Al Shifa
Pertempuran sengit di luar Rumah Sakit (RS) Al Shifa juga berlangsung saat pasukan militer Israel melancarkan serangan ke rumah sakit terbesar di Gaza, Palestina.
Reporter kantor berita Palestina Wafa, Khader Al-Za'anoun mengatakan ledakan mengguncang gedung RS Al Shifa menyusul peluncuran roket dan peluru artileri di sekitar rumah sakit.
"Ledakan mengguncang gedung Rumah Sakit Al Shifa ... yang dikepung dari empat arah, menyusul peluncuran roket dan peluru artileri di sekitar rumah sakit," kata Al-Za'anoun melalui pesan teks kepada CNN, dikutip Kamis (16/11).
Menurutnya, pasukan Israel telah menyerbu rumah sakit dengan sejumlah besar tentara dan kendaraan militer, termasuk tank, kendaraan lapis baja, pengangkut pasukan, dan buldoser dan mencegah siapa pun untuk pergi.
Sementara itu, dilansir dari Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan pasukan Israel menembaki divisi perawatan jantung di RS Al Shifa. Tembakan artileri Israel juga menghantam kamar pasien.
"Pemboman Israel juga menyebabkan kerusakan material pada departemen bedah khusus di rumah sakit tersebut," kata kementerian itu melalui Telegram.
Simak fakta selengkapnya di halaman berikutnya...
Amerika Serikat (AS) mengklaim tidak mengizinkan Israel untuk melakukan serangan ke Rumah Sakit (RS) Al Shifa di Gaza.
"Kami tidak mengizinkan operasi militer mereka di sekitar rumah sakit," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby, Rabu (15/11), dikutip dari AFP.
Kirby mengingatkan bahwa operasi militer tersebut merupakan rencana pihak Israel. Ia menegaskan AS tak terlibat dalam penyerangan tersebut.
"Ini adalah operasi militer Israel yang mereka rencanakan dan mereka laksanakan, sesuai dengan prosedur yang mereka tetapkan dan tidak melibatkan Amerika Serikat," kata Kirby.
Kirby juga menyebut Presiden AS Joe Biden telah melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melalui telepon. Namun, ia enggan mengungkap percakapan keduanya.
"Saya tidak akan menjelaskan secara rinci mengenai pembicaraan tersebut," ujarnya.
6. Israel Klaim Temukan Senjata di RS Al Shifa
Israel mengklaim pasukannya telah menemukan peralatan militer termasuk senjata saat menyerbu RS Al Shifa, Gaza, Palestina.
"Di rumah sakit, kami menemukan senjata, materi intelijen, serta teknologi dan peralatan militer," kata juru bicara militer Daniel Hagari kepada wartawan.
"Kami juga menemukan markas operasional dengan peralatan komunikasi... milik Hamas" dan "seragam Hamas", katanya menambahkan.
Tentara Israel kemudian menerbitkan gambar-gambar yang dikatakan sebagai senjata, granat, dan peralatan lain yang ditemukan di RS Al Shifa. AFP tidak dapat memverifikasi gambar tersebut secara independen.
Sementara itu Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasi Hamas membantah klaim tersebut. Kementerian itu menegaskan pasukan Israel "tidak menemukan peralatan atau senjata apa pun di rumah sakit.
"Pada dasarnya kami tidak mengizinkan senjata di rumah sakit mana pun," kata Direktur Kementerian Kesehatan Munir al-Bursh dalam sebuah pernyataan.
Kementerian mengatakan tentara Israel justru menghancurkan peralatan medis yang tak tersedia di tempat lain di Gaza dan menahan dua insinyur yang bekerja di bagian oksigen dan pasokan listrik rumah sakit.
7. Israel Kerahkan Buldozer
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan tentara Israel mengerahkan buldoser di rumah sakit Al Shifa pada Kamis (16/11).
"Buldoser Israel menghancurkan sebagian pintu masuk selatan rumah sakit," kata kementerian itu, seperti dikutip AFP.
Pengerahan buldoser ke rumah sakit terbesar di Jalur Gaza itu dilakukan usai Israel dan Amerika Serikat menuduh milisi Hamas menggunakan Al Shifa sebagai pusat komando.
"Malam ini kami melakukan operasi yang ditargetkan ke rumah sakit Shifa. Kami terus bergerak maju," kata kepala operasi militer Israel di Jalur Gaza, Mayor Jenderal Yaron Finkelman, dikutip AFP.
Seorang jurnalis yang terjebak di dalam rumah sakit mengatakan tentara menembak ke udara dan memerintahkan para pemuda untuk menyerah, pada Rabu malam (15/11). Jelang sore, pasukan Israel telah mundur dari rumah sakit itu dan ditempatkan kembali di sekitar rumah sakit.
8. Bangunan RS Al Shifa Hancur
Bangunan Rumah Sakit Al Shifa di Jalur Gaza, Palestina, dilaporkan hancur akibat serbuan Israel sejak Rabu lalu.
Wartawan Al Jazeera, Hani Mahmoud, melaporkan bangunan operasi khusus rumah sakit telah hancur usai pasukan Negeri Zionis meledakkan gudang obat-obatan dan peralatan medis di dalam rumah sakit.
"Militer Israel benar-benar mengoyaknya, semua partisi, dinding di antara kamar, dan semua peralatan medis di dalam gedung telah hancur total," tulis laporan Al Jazeera, Kamis (16/11).
Tak hanya itu, Hani juga menyebut bahwa ada laporan sekitar 200 warga sipil ditutup matanya, diinterogasi, dan dibawa ke daerah yang tidak diketahui. Nasib mereka saat ini tidak ada yang tahu.
"Saksi di rumah sakit yang kami ajak bicara mengatakan [pasukan Israel] mulai melakukannya terhadap 30 orang yang dilucuti pakaiannya dan dibawa ke halaman rumah sakit," tulis Hani.
"Banyak orang yang kemudian dibawa setelah diinterogasi, ditutup matanya, dan dimasukkan ke dalam kelompok," lanjutnya.
Hani menyebut peristiwa ini terjadi saat militer Israel berupaya membuktikan klaimnya bahwa milisi Hamas bersembunyi dan beroperasi di rumah sakit terbesar di Gaza tersebut.
Apa lagi fakta menarik lainnya? Lanjut ke sebelah...
Juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, Ashraf al-Qudra mengatakan pasukan Israel mengambil jenazah warga Palestina yang terbunuh dari RS Al Shifa.
Dalam laporan Al Jazeera, dikutip Jumat (17/11), kesaksian al-Qudra senada dengan komentar direktur RS Al Shifa, yang mengatakan bahwa pasukan Israel telah mengambil mayat warga Palestina yang terbunuh dan tergeletak di halaman pusat kesehatan.
Jumlah jenazah di kompleks RS Al Shifa bertambah ketika tentara Israel mengepung fasilitas tersebut. Pasukan Israel juga menghalangi orang-orang untuk keluar dari rumah sakit.
Direktur RS Al Shifa Muhammad Abu Salmiya mengatakan banyak pasien terancam tewas selama pengepungan oleh pasukan Israel.
"Orang-orang akan mati. Tidak ada yang bisa mencapai atau meninggalkan rumah sakit yang terkepung" katanya.
"Orang-orang di dalam akan meninggal jika tidak ada bantuan yang sampai kepada mereka dan banyak pasien yang membutuhkan kebutuhan medis mendesak bisa meninggal jika mereka tidak dapat mencapai rumah sakit tepat waktu," ujarnya menambahkan.
10. Israel Klaim Temukan Terowongan Hamas
Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) mengklaim telah menemukan terowongan operasional milik kelompok milisi Hamas yang berada di kompleks Rumah Sakit Al Shifa, Gaza, Palestina.
IDF mengunggah sebuah video di media sosial yang menunjukkan sebuah lubang yang tampak seperti terowongan setelah digali oleh pasukan tersebut.
"Hari ini, infrastruktur terowongan Hamas terekspos di dalam rumah sakit," kata IDF dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir CNN.
Namun, Hamas membantah tuduhan IDF terkait penemuan terowongan yang dipakai sebagai pusat komando sebagai "kebohongan yang tidak berdasar."
Lewat kantor media pemerintah, Hamas juga menuduh Israel memberikan "skenario palsu, narasi palsu, da memutarbalikkan informasi" soal markas di bawah RS Al Shifa itu.
11. Bayi Tewas saat Gempuran Israel
Setidaknya empat bayi prematur tewas dan lima bayi lainnya sekarat di rumah sakit Al Shifa, Gaza, Palestina di tengah gempuran Israel.
Dilansir dari Al Jazeera, situasi di sejumlah rs di Jalur Gaza amatlah rumit, terutama di RS Al Shifa, yang tak hanya berada di bawah serangan udara tanpa henti, tapi juga berada di bawah kepungan militer Israel selama seminggu terakhir.
Bayi prematur yang berada di unit perawatan intensif (ICU) dan yang terluka kritis meninggal karena kurangnya bahan bakar dan listrik. Bahkan, pipa oksigen yang menjaga mereka tetap hidup selama beberapa hari terakhir telah hancur.
Seperti dilansir dari AFP, Sabtu (18/11), sebanyak 12 ribu warga Palestina tewas dalam serangan pasukan militer Israel sejak 7 Oktober lalu. Dari jumlah tersebut, 5.000 jiwa merupakan anak-anak.
Serangan Israel juga membuat 3.300 perempuan meninggal dunia. Sementara 30 ribu orang lainnya terluka.
12. Waktu Satu Jam untuk Kosongkan RS Al Shifa
Rumah Sakit Al Shifa disebut diliputi kepanikan dan ketakutan luar biasa setelah Israel mengumumkan hanya berikan waktu satu jam bagi dokter, tenaga medis, dan pasien mengosongkan kawasan tersebut.
Sumber, seperti diberitakan Al Jazeera pada Sabtu (18/11), mengatakan hal tersebut mustahil dilakukan karena mereka tidak memiliki ambulans untuk mengevakuasi semua pasien dalam jumlah besar ke kawasan selatan.
Di sisi lain, tentara Israel juga tak memberikan solusi lain, apalagi bantuan transportasi atau bahan bakar ambulans, untuk bisa memindahkan semua pasien, termasuk bayi prematur supaya RS Al Shifa bisa segera kosong.
Hal tersebut dinilai sulit untuk dilakukan pihak RS Al Shifa karena jumlah pasien di sana lebih banyak, yakni lebih dari 300 orang.
Tak hanya itu, sumber mengatakan, sebagian besar pasien di sana dalam kondisi kritis. Sehingga, mereka tidak bisa melakukan perjalanan ke selatan hanya dengan mendorong tempat tidur rumah sakit.
13. Momen Pengosongan RS Al Shifa
Dokter RS Al Shifa mengungkapkan momen-momen sebelum tim medis mengevakuasi pasien untuk mengosongkan kawasan itu seperti yang diperintahkan militer Israel pada Sabtu (18/11).
Munir al-Barsh selaku dokter RS Al Shifa mengungkapkan militer Israel memerintahkan mereka untuk segera mengosongkan rumah sakit dan memberikan peringatan terkait evakuasi tersebut.
"Tentara Israel menelepon sekitar pukul 9.00 [waktu setempat], memperingatkan semua orang yang keluar harus melambaikan sapu tangan putih," cerita Munir al-Barsh seperti diberitakan Al Jazeera, Sabtu (18/11).
Kata al-Barsh, sekitar 450 pasien dievakuasi bersama tim medis RS Al Shifah. Kendati demikian, ia mengakui masih banyak pasien yang terpaksa ditinggal akibat kondisi.
Ia menuturkan masih ada direktur rumah sakit, empat dokter, dan sekelompok kecil perawat yang masih menetap di RS Al Shifa bersama lebih dari 100 pasien tersebut.
14. WHO Ungkap Kondisi Terkini
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkap kondisi Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza, usai dikosongkan oleh Israel pada Sabtu (18/11) lalu.
Tim penilaian kemanusiaan yang dipimpin WHO melakukan kunjungan ke RS Al-Shifa setelah sebagian besar orang telah dievakuasi dari fasilitas medis tersebut pada Sabtu. Mereka menggambarkan kondisi RS bak zona kematian.
Tim mendapati kuburan massal di pintu masuk rumah sakit dan diberitahu bahwa lebih dari 80 orang dimakamkan di sana. Mereka juga melihat tanda-tanda penembakan di rumah sakit. Menurut WHO, kurangnya air bersih, bahan bakar, obat-obatan, makanan, dan bantuan penting lain telah menyebabkan rumah sakit berhenti berfungsi sebagai fasilitas medis.