Amerika Serikat (AS) mengklaim tidak mengizinkan Israel untuk melakukan serangan ke Rumah Sakit (RS) Al Shifa di Gaza.
"Kami tidak mengizinkan operasi militer mereka di sekitar rumah sakit," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby, Rabu (15/11), dikutip dari AFP.
Kirby mengingatkan bahwa operasi militer tersebut merupakan rencana pihak Israel. Ia menegaskan AS tak terlibat dalam penyerangan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah operasi militer Israel yang mereka rencanakan dan mereka laksanakan, sesuai dengan prosedur yang mereka tetapkan dan tidak melibatkan Amerika Serikat," kata Kirby.
Kirby juga menyebut Presiden AS Joe Biden telah melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melalui telepon. Namun, ia enggan mengungkap percakapan keduanya.
"Saya tidak akan menjelaskan secara rinci mengenai pembicaraan tersebut," ujarnya.
Israel mengklaim pasukannya telah menemukan peralatan militer termasuk senjata saat menyerbu RS Al Shifa, Gaza, Palestina.
"Di rumah sakit, kami menemukan senjata, materi intelijen, serta teknologi dan peralatan militer," kata juru bicara militer Daniel Hagari kepada wartawan.
"Kami juga menemukan markas operasional dengan peralatan komunikasi... milik Hamas" dan "seragam Hamas", katanya menambahkan.
Tentara Israel kemudian menerbitkan gambar-gambar yang dikatakan sebagai senjata, granat, dan peralatan lain yang ditemukan di RS Al Shifa. AFP tidak dapat memverifikasi gambar tersebut secara independen.
Sementara itu Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasi Hamas membantah klaim tersebut. Kementerian itu menegaskan pasukan Israel "tidak menemukan peralatan atau senjata apa pun di rumah sakit.
"Pada dasarnya kami tidak mengizinkan senjata di rumah sakit mana pun," kata Direktur Kementerian Kesehatan Munir al-Bursh dalam sebuah pernyataan.
Kementerian mengatakan tentara Israel justru menghancurkan peralatan medis yang tak tersedia di tempat lain di Gaza dan menahan dua insinyur yang bekerja di bagian oksigen dan pasokan listrik rumah sakit.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan tentara Israel mengerahkan buldoser di rumah sakit Al Shifa pada Kamis (16/11).
"Buldoser Israel menghancurkan sebagian pintu masuk selatan rumah sakit," kata kementerian itu, seperti dikutip AFP.
Pengerahan buldoser ke rumah sakit terbesar di Jalur Gaza itu dilakukan usai Israel dan Amerika Serikat menuduh milisi Hamas menggunakan Al Shifa sebagai pusat komando.
"Malam ini kami melakukan operasi yang ditargetkan ke rumah sakit Shifa. Kami terus bergerak maju," kata kepala operasi militer Israel di Jalur Gaza, Mayor Jenderal Yaron Finkelman, dikutip AFP.
Seorang jurnalis yang terjebak di dalam rumah sakit mengatakan tentara menembak ke udara dan memerintahkan para pemuda untuk menyerah, pada Rabu malam (15/11). Jelang sore, pasukan Israel telah mundur dari rumah sakit itu dan ditempatkan kembali di sekitar rumah sakit.
Bangunan Rumah Sakit Al Shifa di Jalur Gaza, Palestina, dilaporkan hancur akibat serbuan Israel sejak Rabu lalu.
Wartawan Al Jazeera, Hani Mahmoud, melaporkan bangunan operasi khusus rumah sakit telah hancur usai pasukan Negeri Zionis meledakkan gudang obat-obatan dan peralatan medis di dalam rumah sakit.
"Militer Israel benar-benar mengoyaknya, semua partisi, dinding di antara kamar, dan semua peralatan medis di dalam gedung telah hancur total," tulis laporan Al Jazeera, Kamis (16/11).
Tak hanya itu, Hani juga menyebut bahwa ada laporan sekitar 200 warga sipil ditutup matanya, diinterogasi, dan dibawa ke daerah yang tidak diketahui. Nasib mereka saat ini tidak ada yang tahu.
"Saksi di rumah sakit yang kami ajak bicara mengatakan [pasukan Israel] mulai melakukannya terhadap 30 orang yang dilucuti pakaiannya dan dibawa ke halaman rumah sakit," tulis Hani.
"Banyak orang yang kemudian dibawa setelah diinterogasi, ditutup matanya, dan dimasukkan ke dalam kelompok," lanjutnya.
Hani menyebut peristiwa ini terjadi saat militer Israel berupaya membuktikan klaimnya bahwa milisi Hamas bersembunyi dan beroperasi di rumah sakit terbesar di Gaza tersebut.
Apa lagi fakta menarik lainnya? Lanjut ke sebelah...