ANALISIS

Kenapa AS-Barat 'Buang Muka' dari Israel dan Dukung Palestina Merdeka?

CNN Indonesia
Rabu, 24 Jan 2024 07:26 WIB
Presiden AS Joe Biden saat menemui PM Israel Benjamin Netanyahu di Tel Aviv tahun lalu. (AP/Evan Vucci)
Jakarta, CNN Indonesia --

Amerika Serikat, Inggris, hingga Uni Eropa belakangan mulai gelisah usai Israel menolak mentah-mentah gagasan kemerdekaan Palestina.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan prinsip kebutuhan keamanan negaranya tidak sejalan dengan negara Palestina.

"Saya tidak akan berkompromi mengenai kendali penuh keamanan Israel atas seluruh wilayah barat Yordania, dan ini bertentangan dengan negara Palestina," kata Netanyahu dalam unggahan di X, seperti dikutip CNN, Minggu (21/1).

Wilayah barat Yordania meliputi Israel, Tepi Barat Palestina yang diduduki Zionis, dan Jalur Gaza yang dikuasai kelompok Hamas.

Penolakan Netanyahu ini dilontarkan tak lama usai Presiden AS Joe Biden mendesak dia mengenai perlunya pembentukan negara Palestina di masa depan guna mengatasi konflik menahun di Jalur Gaza.

Dalam sambungan telepon pada Jumat (19/1), Biden mengatakan kepada Netanyahu bahwa solusi dua negara merupakan jalan yang tepat untuk menuju perdamaian.

Namun, Netanyahu menegaskan bahwa Israel bakal terus mempertahankan kendali keamanannya atas Gaza dan memastikan bahwa Gaza tak lagi menjadi ancaman bagi Israel.

Merespons ini, Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps mengaku kecewa atas pernyataan Netanyahu. Shapps menegaskan Palestina pantas menjadi negara berdaulat. Baginya, tak ada lagi solusi yang lebih baik ketimbang solusi dua negara.

"Palestina berhak menjadi negara berdaulat, Israel berhak memiliki kemampuan penuh untuk membela diri dan keamanannya sendiri. Namun, itu hanya bisa tercapai jika Anda mewujudkan solusi dua negara. Selain itu, tak ada solusi lain yang lebih baik," kata Shapps kepada BBC.

Menteri Luar Negeri Prancis Stephane Sejourne juga menyatakan keprihatinan atas pernyataan Netanyahu. Menurutnya, "akan ada kebutuhan untuk mendirikan negara Palestina dengan jaminan keamanan bagi seluruh pihak."

Menteri Luar Negeri Belgia, Hadja Lahbib, pun turut menyoroti krisis kemanusiaan di Gaza yang sedang dihadapi warga sipil.

"Gaza berada dalam situasi yang sangat mendesak. Ada risiko kelaparan. Ada risiko epidemi. Kekerasan harus dihentikan," kata Lahbib, seperti dikutip Associated Press.

Sejak diluncurkan pada Oktober lalu, agresi Israel di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 25 ribu orang, mayoritas anak-anak dan perempuan.

Ini menjadi konflik paling panjang, paling berdarah, dan paling merusak antara kedua wilayah tersebut.

Masyarakat sipil Gaza terus dilanda krisis kemanusiaan hebat karena tak bisa mendapatkan makanan, air bersih, serta akses kesehatan.

Komunitas global pun berulang kali mengecam Israel dan mendesak gencatan senjata. Afrika Selatan bahkan mengambil langkah berani dengan menyeret Negeri Zionis ke Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ) atas dugaan genosida terhadap warga Palestina.

Dengan situasi demikian, kenapa AS dan negara-negara barat mulai berpaling dari Israel dan dorong Palestina merdeka?

Bersambung ke halaman berikutnya...

Kenapa AS dan Negara-negara Barat 'Buang Muka' dari Israel?


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :