Agresi brutal Israel ke Jalur Gaza, Palestina, telah memasuki bulan kelima pada Kamis (7/3). Per Rabu, total 30.717 warga Palestina meninggal dunia imbas agresi tersebut.
Kementerian Kesehatan Palestina mencatat lebih dari 12.400 anak tewas dalam agresi brutal yang telah berlangsung sejak 7 Oktober ini. Sementara itu, sebanyak 72.156 warga Palestina mengalami luka-luka imbas bombardir Israel selama lima bulan terakhir.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL AS 'Kode Keras' ke Prabowo sampai ASEAN-Australia Debat soal Gaza |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski dunia, termasuk para sekutu dekatnya seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, telah menyerukan Israel dan Hamas untuk gencatan senjata di Gaza, namun Tel Aviv terus menggempur habis-habisan wilayah itu.
Pada Kamis (29/2) dan Minggu (3/3), Israel menembak kerumunan warga Palestina yang mengantre makanan dan bantuan kemanusiaan lainnya di Gaza. sekitar 127 warga Palestina terbunuh imbas serangan itu.
Rekaman video yang telah diverifikasi Al Jazeera menunjukkan warga Palestina berhamburan melarikan diri akibat adanya tembakan keras. Namun, Israel membantah menyerang warga sipil dengan menyebut mayoritas tewas akibat terinjak-injak.
Aksi Israel ini jelas mengabaikan perintah Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ) yang meminta Zionis mengambil segala tindakan guna mencegah genosida dan memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza.
ICJ mengeluarkan putusan itu pada 26 Januari, berangkat dari gugatan yang diajukan Afrika Selatan.
Seiring dengan ini, komunitas global pun kian mengecam keras Negeri Zionis. Sejumlah negara seperti Arab Saudi, Mesir, dan Yordania menyebut serangan Israel merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres bahkan meminta penyelidikan independen guna mengusut serangan keji itu.
Amerika Serikat, sekutu utama Israel, juga tampak semakin frustrasi dengan Negeri Zionis. Presiden AS Joe Biden mengatakan serangan Israel terhadap warga sipil tersebut cuma akan mempersulit negosiasi gencatan senjata yang sedang berlangsung.
Qatar, Mesir, dan AS tengah memediatori negosiasi antara Israel dan kelompok Hamas untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata, dengan harapan terjadi sebelum bulan suci Ramadan. Saat ini, bola panas disebut-sebut ada di tangan Hamas.
Namun, seorang sumber Mesir mengatakan pembicaraan itu menghadapi jalan buntu.
Dikutip CNN, jauh sebelum ini, Biden dikabarkan mulai 'jengah' dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena tak mendengar rekomendasi Washington untuk menurunkan intensitas perang di Gaza.
AS juga kesal karena Israel menolak pembentukan negara Palestina sesuai solusi dua negara. Negara Palestina yang berdiri berdampingan dengan Israel merupakan satu-satunya solusi untuk mengatasi konflik menahun kedua negara Timur Tengah itu.
Dengan kondisi demikian, lantas siapa dan apa yang bisa menghentikan Israel?
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>