Republik Nagorno-Karabakh atau sekarang Artsakh merupakan suatu wilayah kecil yang memisahkan diri dari Azerbaijan.
Pemerintah Republik Demokratik Azerbaijan mengklaim wilayah ini sebagai satu kawasan, walaupun penghuninya adalah orang Armenia.
Secara sejarah penguasaannya, Artsakh sempat berada di beberapa kekuasaan Persia, arab, hingga Kekaisaran Rusia. Sejak Kekaisaran tersebut runtuh, orang Armenia di Karabakh membentuk Dewan Karabakh sebagai sistem pemerintahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, pemerintahan tersebut tidak berlangsung lama karena faktor politik yang mereka hadapi. Pada masa kekuasaan Uni Soviet, wilayah itu mendapatkan otonomi daerahnya sendiri di bawah kendali Azerbaijan.
Sejak keruntuhan Uni Soviet, wilayah tersebut berkonflik dengan Azerbaijan karena masalah etnis dan menghasilkan perjanjian Oblast Otonom Nagorno-Karabakh. Perjanjian tersebut berisi tentang rakyat Nagorno-Karabakh yang menginginkan kemerdekaan
Namun, perjanjian tersebut justru menyulut Perang Nagorno-Karabakh yang berlangsung pada 1991-1994.
Perebutan wilayah yang terjadi bertahun-tahun tidak membuahkan hasil yang signifikan terhadap pengakuan wilayah mereka. Warga Armenia yang tinggal di Karabakh kerap mengalami diskriminasi oleh otoritas setempat.
wilayah tersebut masih menjadi bagian dari Azerbaijan, meskipun dibubarkan oleh pemerintah Armenia pada 2023 karena dugaan pemberontakan ilegal. Namun, mereka sempat membuat sistem presidensial dan Majelis Nasionalnya.
Wilayah Ossetia Selatan merupakan wilayah kecil di utara Georgia yang memisahkan diri pada 1992.
Memiliki sejarah yang sama seperti Abkhazia, Ossetia Selatan mempunyai masalah dengan Georgia.
Ossetia mulanya merupakan tempat bagi suku Alan. Suku tersebut berkembang hingga membentuk suatu kerajaan pada abad ke-8. Penduduknya yang seiring waktu bermigrasi membuat wilayah ini mengalami beberapa penguasaan kerajaan, termasuk Kerajaan Georgia Kartli-Kakheti hingga Kekaisaran Rusia.
Wilayah tersebut juga pernah memberontak pada Republik Demokratik Georgia. Itu bermula saat terdapat konflik agraria yang melibatkan pemerintah Menshevik atas kepemilikan tanah warga Ossetia.
Kemudian, saat Uni Soviet menduduki wilayah ini pada 1921, mereka mendapatkan otonomi khusus sebagai imbalan dalam memerangi Republik Demokratik Georgia.
Hingga pada 2008, Ossetia Selatan mendeklarasikan kemerdekaannya pada Georgia. Namun, wilayah dengan total populasi 56.520 tersebut tidak mendapat pengakuan dari komunitas internasional dan hanya diakui oleh Rusia.
Hingga kini, mereka mempunyai seorang presiden bernama Gagloev sebagai pemimpin wilayah Ossetia Selatan melalui Pemilihan Umum pada April 2022 lalu.
(val/rds)