Hingga saat ini warga Arab memenuhi seperlima populasi non-Yahudi di Israel. Namun, hukum Israel tidak memaksa orang Arab Muslim, Kristen, atau Badui untuk mendaftarkan diri sebagai pasukan IDF.
Tetapi, karena terdapat politik balas budi yang terjadi antara Arab-Druze dengan Israel yang membuat mereka bersikap nasionalis terhadap Israel.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Merupakan suatu kehormatan, memegang senapan serbu di satu tangan dan Alquran di tangan lainnya, untuk membela tanah air saya, Israel" ujar Sersan Emad, pemuda Arab Israel dikutip Al Majjala.
Beberapa dari mereka juga mengakui mendapatkan perlakuan istimewa saat bergabung dengan IDF.
"Fakta bahwa saya berasal dari kelompok minoritas mungkin menjadi alasan mengapa IDF memperlakukan saya lebih istimewa, karena mereka ingin saya merasa diterima di sini," imbuh Sersan Sami Heib, pria 20 tahun.
Meskipun masih terkesan politis, IDF memainkan strategi jitu dalam hal perekrutan warga Arab untuk gabung di IDF.
Mereka mengungkapkan bahwa peran IDF tidak hanya sebatas terjun dalam perang, namun lebih untuk melayani masyarakat Israel.
"Zaman telah berubah, generasi muda Arab Israel lebih sadar akan apa itu IDF dan apa yang dapat ditawarkan kepada mereka dalam hal peluang karir di angkatan bersenjata atau pendidikan lebih lanjut (dalam kehidupan) pasca-tentara. Masyarakat ingin bergabung dengan tentara untuk memperbaiki keadaan mereka dan pada saat yang sama mereka ingin berkontribusi dan memperkuat keamanan negara mereka, Israel," ungkap pejabat senior IDF dari Direktorat Ketenagakerjaan.
Hingga kini, IDF terus melakukan upaya penjaringan pasukan secara luas dengan menyebarkan undangan ke para pemuda Muslim di Israel melalui berbagai kanal media sosial.
(val/rds)