Mulanya, pemerintah Arab Saudi bereaksi lambat terhadap pengepungan tersebut. Terlebih, Putra Mahkota Saudi saat itu, Pangeran Fahd bin Abdulaziz al-Saud, tengah menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Liga Arab.
Kemudian, Raja Khaled dan Menteri Pertahanan Pangeran Sultan mengambil alih operasi tersebut. Namun, kelompok ekstremis tersebut sempat melawan tentara Arab Saudi yang berusaha menerjang masuk Masjidil Haram.
Negosiasi pun sempat terjadi di tengah pembantaian yang dilakukan oleh kelompok ekstremis tersebut. Bahkan pemerintah Arab Saudi sampai meminta bantuan strategis pada Presiden Prancis Valéry Giscard d'Estaing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
d'Estaing menyarankan beberapa taktik penyerbuan menggunakan gas yang dilempar ke ruang-ruang bawah tanah. Alhasil, rencana tersebut berjalan lancar hingga berhasil meringkus Juhayman dan komplotannya.
Pengepungan yang berlangsung selama beberapa hari itu menelan ratusan korban jiwa dan membuat ribuan jamaah masjid terluka. Terlebih, beberapa struktur Masjidil Haram ikut hancur akibat tindakan keji kelompok tersebut.
Belajar dari peristiwa kelam itu, pemerintah Arab Saudi kini menambah personel keamanan yang berjaga di lingkungan Masjidil Haram.
Hingga kini, pemerintah Arab Saudi terus melakukan penjagaan dan pemantauan ketat terhadap kelompok ekstremis yang berpotensi memecah belah masyarakatnya.
(val/bac)