Papua Nugini merupakan negara yang memiliki banyak pedesaan. Sebagian besar warganya mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian.
Wakil rektor Universitas Hull sekaligus pakar tanah longsor Dave Petley, mengungkap tanah longsor yang terjadi di PNG disebabkan oleh sejumlah faktor. Faktor itu antara lain seperti cuaca buruk, daerah pegunungan, hingga iklim tropis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlebih, PNG terletak di Cincin Api atau jalur bagi serangkaian gunung berapi aktif dan aktivitas seismik yang membentang di wilayah tertentu.
"Ada gempa bumi signifikan yang sering terjadi, yang tentu saja memicu tanah longsor, namun juga melemahkan lereng batuan," ujar Petley.
"Seluruh wilayah ini sangat aktif secara tektonik," tambahnya.
Lebih dari itu, beberapa penambangan bahan mineral masih kerap dilakukan bisa memicu potensi tanah longsor. Hal demikian juga disusul oleh deforestasi dari industri-industri yang berkembang seperti kelapa sawit.
"Sederhananya, ini adalah lanskap yang seharusnya berhutan, dan hutan tersebut telah ditebangi," ungkap Profesor Petley.
Profesor Petley juga mengatakan bahwa perubahan iklim berperan penting terhadap aktivitas tanah longsor yang berada di lereng gunung.
"Lereng sangat sensitif terhadap kejadian curah hujan berdurasi pendek dan berintensitas tinggi," katanya.
"Jika Anda meningkatkan intensitas tersebut, Anda membawa lanskap ke dalam lingkungan yang belum pernah dialami sebelumnya, dan lanskap akan meresponnya. Dan tanah longsor adalah respons yang tidak bisa dihindari," tambah Petley.
Warga PNG yang hilang akibat tertimpa reruntuhan tanah tebal juga menjadi faktor bertambahnya korban jiwa. Sebab, sebagian besar wilayah negara tetangga RI itu terdiri dari pegunungan dan hutan lebat.
(val/bac)