JC juga melaporkan rencana pembunuhan Haniyeh mencuat sejak 7 Oktober 2023, usai Hamas menyerang dadakan ke wilayah Israel.
Setelah keputusan disepakati, Mossad mencari saat yang tepat melaksanakan rencana pembunuhan Haniyeh dengan memanfaatkan kolaborator mereka di Iran.
Haniyeh kemudian menerima undangan ke Teheran untuk pelantikan Presiden Pezeshkian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mossad lalu bekerja sama dengan unit Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang bertanggung atas operasi rahasia 8200 untuk menuntaskan rencana mereka.
"Mossad menyadap panggilan telepon antara penyelenggara pelantikan dan tamu undangan," lanjut laporan JC.
Saat Haniyeh mengonfirmasi kedatangan, Mossad mulai melaksanakan aksinya.
Lihat Juga : |
"Melenyapkan Haniyeh di wisma tamu tempat ia biasa menginap selama berkunjung ke Teheran," demikian laporan JC, yang dikutip Anadolu Agency.
Mossad kemudian mengirim agen untuk mengunjungi daerah tersebut secara berkala guna memasok logistik operasional, memetakan setiap jalan dan gang, mengidentifikasi rute pelarian potensial, dan memeriksa langkah-langkah keamanan gedung.
Menyoal perekrutan warga Iran oleh Mossad, media Iran International sempat merilis peringatan dari pemerintah.
Pada Juni 2023, Kementerian Intelijen Iran mengirim pesan teks ke seluruh negeri berisi peringatan agar tak menjadi rekrutan Mossad.
"Salah satu taktik terpenting Mossad dalam menjalankan operasi teroris dan kriminal di Iran adalah menyalahgunakan kesadaran publik dan ketidaktahuan masyarakat," demikian bunyi pesan tersebut.
"Jika seseorang meminta Anda membeli kendaraan dan meninggalkannya di tempat tertentu dengan membayar sejumlah uang, anggaplah Anda sedang disiksa dalam aksi teroris Mossad," imbuh teks itu.
Sebelum kematian Haniyeh, Israel diduga melakukan puluhan operasi dan pembunuhan di wilayah Iran.
Operasi itu termasuk serangan ke fasilitas nuklir dan pembunuhan pejabat nuklir senior Iran sekaligus anggota senior IRGC, Mohsen Fakhrizadeh, pada November 2020.
Iran menuding Israel sebagai dalang pembunuhan Fakhrizadeh. Kemudian pada 2021, eks kepala Mossad Yossi Cohen menyatakan Israel berada di balik serangan ke fasilitas nuklir.
Cohen mengatakan lebih dari 20 agen Mossad terlibat dalam operasi tersebut. Namun, dia juga membeberkan agen itu bukan warga Israel.
Seluruh agen yang turut dalam operasi serangan nuklir, lanjut Cohen, masih hidup dan beberapa kabur dari Iran.
Di luar itu, Iran juga berulang kali menangkap mata-mata Mossad di negara itu. Beberapa di antara mereka dijatuhi hukuman gantung.
(isa/bac)