Israel dilaporkan tengah menyiapkan rencana invasi ke Lebanon di tengah seruan gencatan senjata oleh sejumlah negara termasuk Amerika Serikat.
Rencana itu disampaikan militer Israel usai menggempur besar-besaran Tel Aviv ke negara itu yang berlangsung sejak awal pekan ini dengan dalih memberangus milisi Hizbullah.
Kantor penyiaran publik Israel, Kan, melaporkan militer Israel tengah mempersiapkan operasi militer darat yang mungkin dilakukan di Lebanon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir Al Jazeera, Kan melaporkan bahwa Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, telah bertemu dengan para tentara Israel yang sedang berlatih. Para tentara itulah dikabarkan yang akan dikerahkan untuk melancarkan invasi darat ke Lebanon.
Lebih lanjut, Kepala Staf Angkatan Darat Israel, Mayjen Ori Gordin, mengatakan Israel harus bersiap untuk melakukan serangan darat ke Lebanon.
Sebab, menurutnya, perang Israel dan Hizbullah kini telah memasuki fase baru sehingga Israel perlu melakukan perubahan strategi dengan melakukan serangan darat ke Lebanon.
"Menghadapi hal ini, kita perlu mengubah situasi keamanan. Kita harus sepenuhnya siap untuk melakukan manuver dan tindakan," kata Gordin saat berkunjung ke latihan brigade di perbatasan utara Israel pada Selasa (24/9) dilansir Reuters.
Namun, apakah Israel benar-benar akan melakukan invasi darat ke Lebanon?
Akankah rencana itu terwujud dalam waktu dekat?
Seorang pengamat politik asal Israel, Ori Goldberg, berasumsi bahwa rencana invasi darat Israel ke Lebanon tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Menurutnya, Israel belum punya strategi yang jelas untuk melakukan hal tersebut.
Selain itu, Goldberg juga menilai pasukan militer angkatan darat Israel belum cukup banyak jika mereka ingin melancarkan invasi darat ke Lebanon.
"Saat ini, menurut saya, itu (rencana invasi darat ke Lebanon) masih sekadar pertunjukan. Namun, (rencana itu) mungkin akan berubah dalam waktu 24 jam. Kita masih di ambang kehancuran. Namun, saya rasa belum ada keputusan untuk melancarkan invasi," kata Goldberg dilansir Al Jazeera.
Sementara itu, Profesor Ilmu Politik Universitas Lebanon, Imad Salamey, punya komentar cukup berbeda soal rencana invasi darat Israel ke Lebanon. Ia berasumsi bahwa Negeri Zionis tersebut bisa saja melancarkan invasi darat dalam waktu dekat.
Sebab, Israel sudah tahu kelemahan kekuatan militer yang dimiliki Hizbullah. Kekuatan Hizbullah sendiri juga sudah mulai melemah imbas serangan udara brutal yang dilakukan Israel pada Senin (23/9). Oleh karena itu, Salamey menilai Israel bisa dengan mudah melakukan invasi kepada kelompok milisi tersebut.
"Kemungkinan invasi Israel di Lebanon semakin menguat di kalangan politik dan militer Israel. Jika pemerintah Israel memilih strategi ini, kemungkinan besar invasi dapat dimulai dalam waktu 72 jam.
"Sebab, Israel mungkin yakin bahwa struktur kendali dan komando Hizbullah telah cukup lemah, sehingga membuat partai tersebut rentan terhadap serangan cepat sebelum memiliki kesempatan untuk berkumpul kembali," kata Salamey kepada Al Jazeera.
Namun, meski sudah melemah, lanjut Salamey, Hizbullah bisa saja membalas invasi darat Israel ke Lebanon. Jika itu terjadi, profesor Ilmu Politik itu berasumsi bahwa perang yang terjadi antara Israel dan Lebanon bisa jadi perang yang berkepanjangan.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Milisi Irak Gempur Israel hingga Warga Korut Muak Lagu Kim Jong Un |
"Hizbullah, meskipun melemah, kemungkinan akan merespons dengan taktik gerilya dan serangan balasan yang ditujukan ke target militer Israel. Hal ini berpotensi memperpanjang konflik dan membuat pendudukan apa pun di Lebanon selatan merugikan Israel.
"Ketahanan kelompok tersebut dan akarnya yang kuat di wilayah tersebut menunjukkan bahwa invasi apa pun tidak akan menghasilkan kemenangan yang cepat atau mudah, sebaliknya akan mengakibatkan perang yang berlarut-larut dengan konsekuensi jangka panjang bagi kedua belah pihak," tambah Salamey dilansir Al Jazeera.
Bersambung ke halaman berikutnya...