Kelompok Perlawanan Islam (IRI) di Irak mulai ikut menyerang Israel sebagai bentuk dukungan terhadap perlawanan milisi Hizbullah Lebanon dan Hamas Palestina.
Payung kelompok perlawanan di Irak tersebut pada Rabu (25/9) mengklaim telah menyerang pelabuhan Laut Merah Israel di Eilat.
"Perlawanan Islam di Irak menyerang target strategis di Eilat pada Rabu menggunakan pesawat tak berawak," demikian pernyataan kelompok tersebut, seperti dikutip AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) baru-baru ini juga ikut menyerang Israel. Serangan pertama mereka dilakukan pada Selasa (1/10). Saat itu, IRGC menyerang menyerang Israel dengan ratusan rudal balistik dan hipersonik.
"Untuk pertama kalinya, IRGC menghancurkan perisai radar Hetz PRK dengan rudal hipersonik Fattah 2 dan 3," demikian keterangan IRGC, seperti dikutip media Rusia, RIA.
Serangan tersebut menghantam pangkalan Angkatan Udara (AU) Israel. Namun, bukan hanya menghantam, banyak laporan mengklaim puluhan jet tempur siluman F-35 di Pangkalan AU Israel itu turut hancur.
Kelompok milisi Syiah di Suriah juga menjadi front yang saat ini mengepung Israel. Namun, mereka tidak melakukan invasi seperti front lain.
Mereka diduga mendukung Korps Garda Revolusi Iran dalam melakukan serangan ke Israel baru-baru ini.
Selain itu, Korps Garda Revolusi Iran juga kerap memasok senjata untuk milisi tersebut. Mereka memanfaatkan maskapai Qassem Fars Airlines untuk mengantarkan berbagai senjata ke kelompok milisi Syiah.
Kelompok teroris di Yudea dan Samaria belakangan ikut melakukan serangan-serangan ke Israel. Serangan ini dilakukan sebagai bentuk dukungan terhadap Hamas yang saat ini sedang berjuang melawan kependudukan Israel.
Imbas serangan ini, Israel menetapkan wilayah Yudea dan Samaria sebagai "zona perang". Hal ini lantaran serangan kelompok teroris di wilayah tersebut kerap melakukan serangan membabi buta di wilayah tersebut, seperti dikutip JNS.