Para pemimpin faksi Palestina dari Hamas dan Fatah bertemu di Kairo, Mesir, pada Rabu (9/10) untuk membahas rencana persatuan Palestina.
Reuters melaporkan pertemuan ini merupakan yang pertama sejak kedua kelompok bertemu di China pada Juli lalu dan berekonsiliasi.
Menurut pejabat media Hamas Taher Al-Nono, dalam pertemuan itu delegasi Hamas dipimpin oleh Khalil Al-Hayya, komandan kedua dan kepala negosiator Hamas yang berbasis di Qatar. Sementara perwakilan Fatah dipimpin oleh komandan kedua Fatah, Mahmoud Al-Aloul.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertemuan itu untuk membahas agresi Israel di Jalur Gaza, perkembangan politik dan lapangan, serta untuk menyatukan barisan nasional," kata Al-Nono seperti dikutip Middle East Monitor (MEMO).
Masalah administrasi Palestina setelah agresi Israel berakhir adalah salah satu masalah paling sulit yang dihadapi Palestina.
Israel telah mengesampingkan Hamas, milisi yang diperanginya setahun terakhir ini, dalam pemerintahan Palestina pascaperang.
Israel juga tak percaya dengan Otoritas Palestina yang dipimpin Presiden Mahmoud Abbas untuk memerintah Tepi Barat dan Gaza. Abbas saat ini memerintah wilayah Tepi Barat yang sebagian diduduki oleh Israel.
Gaza sementara itu dikuasai Hamas, yang saat ini menjadi sasaran serangan brutal Zionis. Tepi Barat dan Gaza terpecah secara politik sejak Juni 2007 setelah Fatah dan Hamas berseteru.
Faksi-faksi Palestina telah menyatakan bahwa pemerintahan Palestina pascaperang adalah urusan internal. Mereka menentang permintaan Israel yang ingin ikut campur dalam pemerintahan Palestina.
Seorang pejabat Palestina yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan bahwa jika pemerintahan bersama tak kunjung disepakati, para faksi kemungkinan akan membentuk komite untuk mengelola Gaza dan membantu mengelola penyeberangan perbatasan.
Bentuk dan tanggung jawab dari komite tersebut sejauh ini masih belum jelas.
Pejabat keamanan Mesir juga mengatakan bahwa Kairo mendesak Hamas dan Fatah untuk menyetujui mekanisme pengelolaan penyeberangan di perbatasan Mesir dan Gaza.
Menurut Mesir, kehadiran Palestina harus dibangun kembali di perbatasan.
Salah satu perbatasan Mesir dan Gaza, yakni Rafah, merupakan satu-satunya penyeberangan yang tidak dikendalikan secara langsung oleh Israel. Namun sejak Mei, perbatasan itu ditutup karena diambil alih oleh Israel.
Rafah merupakan jalur masuk bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza. Rafah juga menjadi jalur keluar bagi para pengungsi yang membutuhkan perawatan medis.