Pada dasarnya, pilpres di Amerika Serikat terbagi menjadi dua tahap, yakni tahap popular vote dan electoral vote.
Pada tahap popular vote, warga di 50 negara bagian yang ada di Negeri Paman Sam akan memilih presiden, wakil presiden, dan anggota electoral college. Umumnya, saat pemilu berlangsung, foto presiden dan wakil presiden akan berada di bagian atas kertas suara. Sementara itu, foto calon anggota electoral college akan berada di bawah foto calon presiden dan wakil presiden.
Tahap kedua ialah tahap electoral vote. Umumnya, tahap electoral vote dilaksanakan beberapa minggu setelah tahap popular vote dilakukan. Pada tahap ini, para anggota electoral college yang terpilih di tiap negara bagian akan memilih presiden dan wakil presiden. Nantinya, suara merekalah yang menjadi penentu siapa yang terpilih sebagai presiden dan wakil presiden Amerika.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, mereka yang ingin memenangi pemilu di AS harus memperoleh suara mayoritas dari anggota electoral college. Jumlah suara yang harus diperoleh ialah 270 suara atau lebih. Dengan kata lain, siapa yang memperoleh minimal 270 suara electoral college, akan menjadi presiden dan wakil presiden AS.
Umumnya, pada tahap electoral vote, anggota electoral college dari 50 negara bagian di AS akan memilih presiden yang memperoleh suara popular vote terbanyak di negara bagian tersebut. Misalnya, di negara bagian California, pasangan A memperoleh sebanyak 8 juta suara popular vote. Sementara itu, pasangan B hanya memperoleh sebanyak 7.5 juta suara.
Berdasarkan jumlah suara tersebut, nantinya, 55 anggota electoral college yang ada di California akan memilih pasangan yang memperoleh suara popular vote terbanyak di negara bagian tersebut, yakni pasangan A. Itu berarti, pasangan A akan memperoleh 55 suara electoral college, sedangkan pasangan B memperoleh nol suara electoral college.
Sistem inilah yang dikenal dengan sebutan the winner takes it all (pemenang mengambil semua). Sebab, pasangan yang memperoleh suara popular vote terbanyak di suatu negara bagian, akan mengambil semua suara electoral college yang ada di negara bagian tersebut.
Sistem pemilu ini berjalan di seluruh negara bagian di AS, kecuali di Nebraska dan Maine. Sebab, kedua negara bagian ini merupakan swing state, di mana mereka akan membagi suara electoral college secara merata berdasarkan jumlah perolehan suara popular vote dari tiap pasangan.
Oleh karena itu, pasangan calon presiden dan wakil presiden di AS biasanya akan fokus melakukan kampanye di Nebraska dan Maine. Sebab, hanya negara bagian tersebutlah yang tidak menerapkan sistem the winner takes it all.
Sistem electoral college tentu memiliki pengaruh tersendiri bagi hasil pilpres di Amerika Serikat. Pasangan calon presiden dan wakil presiden yang memperoleh suara popular vote terbanyak, belum tentu ditetapkan sebagai pemenang pemilu. Sebab, pemenang pemilu ditentukan dari perolehan suara electoral vote sehingga anggota electoral college-lah yang menjadi penentu akan hasil pemilu di AS.
Hal tersebut terjadi pada 2016 saat Donald Trump dan Hillary Clinton bertarung dalam pemilu Amerika. Saat itu, Trump hanya memperoleh suara popular vote sebanyak 63 juta. Sementara itu, Clinton memperoleh sebanyak 65,3 juta suara. Namun, ternyata, Trump justru unggul dalam perolehan suara electoral vote. Sebab, Trump memperoleh 290 suara electoral vote, sedangkan Clinton hanya 228 suara, seperti dikutip Pew Research.
Oleh karena itu, Donald Trumplah yang berhasil memenangi pemilu Amerika pada 2016. Sebab, ia mampu memperoleh suara electoral vote terbanyak. Dengan kata lain, saat itu, Trump memperoleh sedikit dukungan dari warga Amerika untuk menjadi presiden. Sementara itu, Trump memperoleh banyak dukungan dari anggota electoral college untuk menjadi Presiden Amerika selanjutnya.
(gas/bac)