ANALISIS

Bagaimana Relasi AS dengan RI di Bawah Trump dan Prabowo?

CNN Indonesia
Jumat, 08 Nov 2024 10:16 WIB
Bagaimana relasi Indonesia masa pemerintahan Prabowo dan Amerika Serikat di bawah Trump?
Bagaimana hubungan RI dengan AS di bawah Prabowo dan Trump? (ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)

Selain mengenai perekonomian, terpilihnya Trump sebagai Presiden AS juga memberikan sinyal positif bagi stabilitas kawasan Asia Tenggara.

Selama ini, Asia Tenggara didominasi oleh China, terutama berhubungan dengan aktivitas latihan militer Beijing di kawasan.

Dengan terpilihnya Trump sebagai presiden AS, kata Affabile, akan terjadi stabilitas di kawasan Asia Tenggara karena ia pasti akan lebih agresif dan asertif terhadap China.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini juga berlaku ketika pada saat Trump di periode pertama di mana RI dan AS sering mengadakan latihan bersama terutama di aspek keamanan maritim. Jadi AS menginginkan Indonesia menjadi vocal point-nya mereka di kawasan Asia Tenggara ini. Tapi kan kalau Indonesia sendiri sifatnya politiknya bebas aktif jadi tidak mungkin kita hanya memihak ke AS," kata Affabile.

Dinamika bergabungnya RI ke BRICS

Indonesia baru-baru ini mengajukan untuk bergabung dalam forum ekonomi BRICS. Menteri Luar Negeri Indonesia Sugiono pada 27 Oktober lalu menyatakan di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS di Kazan bahwa RI ingin menjadi anggota BRICS.

Anggota BRICS saat ini di antaranya Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Uni Emirat Arab, Iran, Mesir, dan Ethiopia. Forum itu selama ini dikhawatirkan oleh Amerika Serikat karena BRICS terang-terangan menentang dominasi AS.

Menurut Affabile, AS akan memantau ketat proses bergabungnya Indonesia dalam keanggotaan BRICS, yang tentunya akan memakan waktu yang tak sebentar.

"Nah apakah pada saat Trump, Indonesia akan menjadi anggota resmi BRICS atau tidak itu pasti terlihat dari dinamika hubungan yang terjadi. Pasti akan ada tarik ulur kepentingan antara Indonesia dan juga negara BRICS dan AS itu sendiri," ucap Affabile.

Affabile menekankan Indonesia menerapkan politik bebas aktif sehingga RI tentu tak ingin melakukan permusuhan dengan negara-negara sahabatnya.

Oleh sebab itu, semua akan bergantung pada bagaimana Indonesia menggunakan BRICS untuk menjembatani Amerika Serikat dan rival-rivalnya di BRICS, yakni Rusia dan China.

"Apakah memang nanti Prabowo bisa menjembatani itu atau memang nanti akan ada manfaat dari AS yang membuat Indonesia ragu untuk gabung secara resmi terhadap BRICS, jadi tergantung dinamika ke depannya seperti apa," ujarnya.

Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran lainnya, Teuku Rezasyah, juga berpandangan Trump kemungkinan akan mempertanyakan keseriusan RI memasuki BRICS. Sebab BRICS dikhawatirkan berkembang menjadi kekuatan politik dan militer guna menyaingi AS.

Rezasyah pun mengatakan RI ke depan perlu meyakinkan AS bahwa keikutsertaannya dalam BRICS adalah murni demi kepentingan nasional RI dalam kerangka kebijakan luar negeri bebas aktif.

"RI dalam BRICS adalah baik bagi AS, karena RI dapat menjadi negara yang berpotensi mengingatkan BRICS untuk senantiasa fokus pada visi dan misi BRICS, yakni kerjasama ekonomi dan pembangunan, guna turut mendukung sebuah dunia yang semakin makmur dan bermartabat," kata Rezasyah kepada CNNIndonesia.com, Kamis (7/11).

(blq/bac)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER