Irlandia secara resmi mengakui negara Palestina pada 28 Mei 2024, di tengah agresi brutal Israel di Gaza.
"Pemerintah mengakui Palestina sebagai negara berdaulat dan merdeka dan setuju untuk membangun hubungan diplomatik penuh antara Dublin dan Ramallah," demikian pernyataan Irlandia.
Perdana Menteri Irlandia Simon Harris mengatakan pengakuan tersebut sama saja dengan menjaga harapan perdamaian tetap hidup.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keputusan Irlandia ini adalah soal menjaga harapan tetap hidup," kata Harris.
Sama seperti Irlandia, Norwegia juga resmi mengakui negara Palestina pada 28 Mei 2024. Menteri Luar Negeri Espen Barth Eide mengatakan itu sebagai tonggak sejarah bagi kedua negara.
"Selama lebih dari 30 tahun, Norwegia telah menjadi pendukung kuat negara Palestina," kata Eide, dikutip Time.
Dia lalu berujar, "Hari ini, saat Norwegia secara resmi mengakui Palestina sebagai negara, ini adalah tonggak sejarah hubungan Norwegia dan Palestina."
Eide meyakini pemerintah Palestina akan melanjutkan kerja keras reformasi dan meletakkan dasar bagi pemerintahan Tepi Barat dan Gaza setelah gencatan senjata.
Spanyol juga mengakui negara Palestina pada 28 Mei 2024 sebagai sebuah keputusan historis.
Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, mengatakan keputusan itu memiliki satu tujuan yaitu membantu Israel dan Palestina mencapai perdamaian.
"Ini adalah satu-satunya cara untuk mewujudkan solusi yang kita semua akui sebagai satu-satunya cara untuk mewujudkan solusi tersebut masa depan yang damai: masa depan Negara Palestina yang hidup berdampingan dengan Negara Israel dalam perdamaian dan keamanan," ungkapnya.
Slovenia mengakui Negara Palestina pada 5 Juni 2024. Perdana Menteri Robert Golob mengatakan pengakuan Slovenia terhadap negara Palestina menjadi harapan bagi warga Gaza.
"Pengakuan kedaulatan dan kemerdekaan negara Palestina hari ini mengirim harapan ke warga Palestina di Tepi Barat dan di Gaza," kata Golob di X, Selasa (4/6).
Sebelum resmi mendeklarasikan pengakuan tersebut, Golob juga membandingkan nasib Slovenia dengan Palestina. Golob mengungkapkan warga Slovenia memimpikan kemerdekaan selama 1.000 tahun dan baru bisa meraihnya 33 tahun lalu.
Armenia menyatakan mengakui kemerdekaan Palestina pada 21 Juni 2024 dan menentang kekerasan terhadap warga sipil di Gaza.
"[Armenia] menegaskan komitmen terhadap hukum internasional, kesetaraan bangsa, kedaulatan dan hidup berdampingan secara damai, Republik Armenia mengakui Negara Palestina," demikian rilis resmi Kementerian Luar Negeri Armenia, dikutip AFP.
Kemlu Armenia menyesalkan penggunaan infrastruktur sipil sebagai tameng dan mengecam kekerasan terhadap warga sipil.
Negara di Eropa itu mendesak Hamas melepas sandera yang ditahan selama ini sesuai hukum internasional. Armenia juga menekankan bahwa mereka tertarik membangun stabilitas dan perdamaian jangka panjang di kawasan Timur Tengah.
(dna/dna)