Pada 2022, Lee mencalonkan diri dalam pemilihan presiden. Langkah ini sekaligus menjadi puncak karier politik dia.
Selama kampanye, Lee memposisikan diri sebagai sosok yang peduli dengan buruh, kelas menengah bawah atau kelompok miskin.
Namun, dalam kontestasi itu, Lee kalah tipis dari Yoon yang saat ini menjadi presiden.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski kalah, dia terus mengkonsolidasikan kekuatan politik Korsel. Dan, dalam pileg pada April 2024, Partai Demokrat meraih kemenangan signifikan.
Aliansi Demokrat berhasil mengamankan 176 dari 300 kursi. Ini secara otomatis membuat mereka menguasai parlemen atau punya suara mayoritas.
Sebelum pileg, Lee mengalami peristiwa tragis.
Lee berkunjung ke Pelabuhan Busan pada Januari lalu. Ia lalu menggelar konferensi pers.
Saat sesi tanya jawab, Lee ditikam pria tak dikenal di bagian leher.
Beberapa foto yang beredar saat itu menunjukkan Lee tergeletak di tanah dan bersimbah darah.
Pada November 2024, Lee terjerat masalah hukum.
Pengadilan menyatakan dia bersalah karena membuat pernyataan palsu selama kampanye Pilpres 2022.
Berdasarkan hukum Korsel, dia akan kehilangan kursi legislatif dan dilarang mencalonkan diri dalam pemilu selama lima tahun.
Dia juga sedang menghadapi persidangan tamahan terkait berbagai tuduhan pidana, termasuk penyuapan dan korupsi.
Masa kecil Lee
Lee lahir pada 22 Desember 1964 dan berasal dari keluarga menengah ke bawah. Saat remaja, dia sempat putus sekolah dan terpaksa bekerja di industri Seongnam dengan nama samara.
Selama menjadi buruh pabrik, Lee beberapa kali mengalami kecelakaan kerja di bagian tangan. Saat itu, dia tak punya cukup dana untuk berobat.
Cidera pada tangan itu membuat Lee mengalami cacat di bagian lengan.
Lee akhirnya meneruskan sekolah hingga masuk universitas dengan bantuan finansial dari sejumlah pihak.
(isa/bac)