Siapa Al Julani, Pemimpin Pemberontak Suriah yang Gulingkan Assad?

CNN Indonesia
Minggu, 08 Des 2024 15:39 WIB
Pemimpin pemberontak Hayat Tahrir Al Sham (HTS), Abu Mohammed Al Julani, menjadi sorotan usai berhasil menggulingkan rezim Presiden Suriah Bashar Al Assad.
Pemimpin pemberontak Hayat Tahrir Al Sham (HTS), Abu Mohammed Al Julani, menjadi sorotan usai berhasil menggulingkan rezim Presiden Suriah Bashar Al Assad. (Foto: AFP/OMAR HAJ KADOUR)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemimpin kelompok pemberontak Hayat Tahrir Al Sham (HTS), Abu Mohammed Al Julani, menjadi sorotan usai berhasil membangkitkan pemberontakan hingga menggulingkan rezim Presiden Suriah Bashar Al Assad pada Minggu (8/12).

HTS merupakan sebuah kelompok pemberontak yang telah menjadi oposisi bersenjata paling kuat di Suriah menentang rezim Assad, terutama sejak perang sipil berkecamuk di Suriah pada 2011. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

HTS menjadi "ujung tombak" utama kebangkitan pemberontak hingga berhasil menggulingkan rezim Assad setelah 13 tahun perang saudara pecah di Suriah sejak 2011 antara milisi pemberontak dan pemerintah.

Kala pemberontakan Suriah kembali bangkit dalam beberapa waktu terakhir, rumor Al Julani tewas sempat beredar. Sebuah foto beredar di dunia maya mengklaim bahwa Al Julani telah terbunuh dalam serangan Rusia. Namun kabar itu telah dibantah karena foto itu rupanya hanya hasil rekayasa.

Nama Al Julani makin disorot setelah berhasil membawa pasukan kelompoknya merebut sejumlah kota-kota penting seperti Aleppo, Homs, hingga ibu kota Damaskus kurang dari sebulan terakhir. Hingga pada akhirnya, pemberontak mampu menduduki Damaksus dan menggulingkan rezim Assad yang dilaporkan juga telah kabur keluar Suriah.

Lantas siapakah Abu Mohammed Al Julani?

Al Julani lahir dengan nama Ahmed Hussein Al Sharaa pada 1982 di Riyadh, Arab Saudi, tempat ayahnya bekerja sebagai insinyur perminyakan. Keluarganya kembali ke Suriah pada 1989 dan menetap di wilayah Damaskus.

Sayangnya, tak banyak yang tahu masa-masa Al Julani di Damaskus sebelum kepindahannya pada 2003 ke Irak.

Kala itu, ia bergabung dengan Al Qaeda di Irak sebagai bagian dari perlawanan terhadap invasi Amerika Serikat (AS). Kemudian pada 2006, Al Julani sempat ditangkap oleh pasukan AS di Irak dan ditahan selama lima tahun.

Ia kemudian ditugaskan untuk mendirikan cabang Al Qaeda di Suriah, yang dinamakan Front Al Nusra. Ia kemudian menyebarkan influensinya di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh oposisi, terutama di Idlib.

Di saat-saat itu, Al Julani berkoordinasi dengan Abu Bakr Al Baghdadi, kepala Al Qaeda, yang kemudian menjadi ISIS.

Pada April 2013, Al Baghdadi tiba-tiba mengumumkan bahwa kelompoknya memutuskan hubungan dengan Al Qaeda dan akan berekspansi ke Suriah, yang melebur Front Al Nusra ke dalam sebuah kelompok baru yakni ISIS.

Namun, Al Julani menolak perubahan ini. Ia tetap mempertahankan kesetiaannya kepada Al Qaeda.

Dalam wawancara televisi pertamanya pada 2014, ia mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Suriah harus diperintah berdasarkan interpretasi kelompoknya tentang "hukum Islam" dan minoritas di negara tersebut, seperti orang Kristen dan Alawi, tidak akan diakomodasi.

Pada tahun-tahun berikutnya, Al Julani terkesan menjauhkan diri dari proyek Al Qaeda untuk membangun "kekhalifahan global" di semua negara berpenduduk mayoritas Muslim, dan lebih memilih untuk membangun kelompoknya di dalam perbatasan Suriah.

Baca di halaman berikutnya >>>

Awal Mula HTS

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER