Periode kedua kepemimpinan Trump juga terjadi saat Timur Tengah memanas. Israel melancarkan agresi ke Palestina, rezim Bashar Al Assad di Suriah runtuh, hingga permusuhan Iran dan Negeri Zionis.
Lalu, kurang dari sepekan sebelum dilantik, Trump mengeklaim berperan penuh dalam gencatan senjata yang disepakati Hamas-Israel.
Gencatan senjata itu mencakup tiga fase dan mulai berlaku pada 19 Januari. Fase pertama dimulai dengan pembebasan sandera dan berlangsung selama 42 hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak pihak berharap gencatan senjata ini bisa permanen dan dipatuhi kedua pihak. Namun, Israel punya sejarah melanggar kesepakatan.
"Untuk isu Timur Tengah, saya kira setelah perjanjian gencatan senjata disepakati tidak ada yang bisa menjamin akan berlangsung sesuai rencana. Sangat bergantung pada pihak yang berkonflik dan negara penjamin," kata Sya'roni.
Sejauh ini, AS dan pemain kunci di Kawasan, lanjut dia, mendukung penuh realisasi gencatan senjata tanpa agresi.
Pemerintahan baru AS juga kemungkinan mempengaruhi kondisi di Semenanjung Korea.
Korea Utara selama ini kerap melakukan uji coba rudal balistik hingga hipersonik, biasanya untuk membalas latihan bersama AS-Korsel.
Pemimpin Kim Jong Un menganggap latihan itu sebagai upaya menginvasi Korea Utara. Negara ini juga terus mengembangkan nuklir dan membuat Korea Selatan ketar-ketir.
Pakar hubungan internasional dari Universitas Nasional Seoul, Sheen Seong Ho, mengatakan kebijakan luar negeri Trump akan mempengaruhi Indo-Pasifik terutama Semenanjung Korea.
Trump punya kedekatan dengan Kim, dan ini bisa membawa "perkembangan positif."
"Trump setidaknya bisa memberi masukan ke program nuklir Korut dan akan dipertimbangkan Kim," kata Sheen saat diskusi dengan jurnalis di Jakarta pada November 2023.
"Maka itu akan jadi perkembangan yang sangat positif," ujar Sheen.
Sheen lalu menekankan jika Trump nantinya benar-benar melakukan pertemuan dengan Kim, kemungkinan akan ada perubahan di kawasan tersebut.
"Itu pasti akan membantu meredakan ketegangan di semenanjung Korea. Korea Utara, Anda tahu, telah menciptakan tekanan dan ketegangan di Semenanjung Korea, dan menyalahkan kami," ungkap dia.
Trump dan Kim pernah menggelar pertemuan puncak di Singapura pada 2018 untuk membahas denuklirisasi dan sanksi Korut.
AS meminta Korut melucuti senjata termasuk program nuklir secara menyeluruh. Namun, Pyongyang ketika itu hanya membongkar situs utama roket Korut dan tak menyampaikan komitmen apapun.
Setahun kemudian, mereka kembali menggelar dialog untuk membujuk Korut menyerahkan program nuklir mereka.
Pertemuan itu tak memberi hasil signifikan. Trump dan Kim disebut-sebut akan kembali menggelar dialog tetapi hingga sekarang tak ada informasi pasti.
Meski Kim dan Trump disebut akrab, Sheen menekankan kedekatan mereka belum tentu bisa menyelesaikan masalah nuklir Korut secara permanen.
(isa/dna)