Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam bikin Kota New York susah jika kandidat Wali kota partai demokrat, Zohran Mamdani tidak "bersikap baik" apabila terpilih dalam pemilu November nanti.
Dalam wawancara dengan Fox News, Trump menyebut kemenangan Mamdani sebagai sesuatu yang "tidak masuk akal".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menilai Mamdani sebagai "seorang komunis murni".
"Kalau dia terpilih, dia harus bertindak dengan benar atau mereka tidak akan mendapatkan dana sedikit pun," ujar Trump, dikutip dari the Guardian.
"Dia harus lakukan hal yang benar atau tidak akan ada uang," Trump melanjutkan.
Ancaman Trump tersebut mengacu pada penyetopan aliran dana federal ke New York City yang mencapai lebih dari US$100 miliar melalui berbagai lembaga dan program, menurut laporan Kantor Pengawas Keuangan Kota New York tahun lalu.
Mamdani yang merupakan sosialis demokrat membantah pernyataan Trump bahwa ia seorang komunis.
Dalam wawancara terpisah dengan NBC Meet the Press, ia menyatakan, "Tidak, saya bukan seorang komunis."
Ia juga menanggapi komentar Trump yang sering menyerangnya secara pribadi.
"Saya sudah mulai terbiasa dengan kenyataan bahwa presiden akan berbicara soal penampilan saya, cara saya bicara, asal saya, siapa saya, semua itu dilakukan hanya untuk mengalihkan perhatian dari perjuangan yang saya bawa," katanya.
Bersambung ke halaman berikutnya....
Mamdani menegaskan komitmennya untuk menaikkan pajak terhadap warga kaya di New York, termasuk para miliarder.
"Sebutlah itu demokrasi atau sosialisme demokratis. Yang jelas, harus ada distribusi kekayaan yang lebih adil untuk semua anak Tuhan di negeri ini." Kata Mamdani, mengutip pernyataan aktivis hak sipil Martin Luther King Jr.
"Saya tidak percaya kita seharusnya punya miliarder," ujar Mamdani.
"Karena itu terlalu banyak uang dalam kondisi ketimpangan yang sangat besar seperti sekarang ini. Yang kita butuhkan adalah lebih banyak keadilan."
Ia menambahkan bahwa kebijakan perpajakan yang ia usulkan bertujuan meringankan beban pajak rumah tangga di wilayah pinggiran.
Selama ini hal tersebut dianggap terbebani secara tidak proporsional.
Ia mengalihkannya ke properti-properti mahal di kawasan elite dan mayoritas kulit putih.
"Itu bukan karena ras," kata Zohran.
"Tapi lebih kepada evaluasi wilayah mana yang saat ini terlalu dibebani pajak, dan mana yang tidak," ia menambahkan.
Meskipun Mamdani mendapat dukungan dari anggota DPR progresif seperti Alexandria Ocasio-Cortez, kemenangannya dalam pemilihan primary Partai Demokrat pada 24 Juni lalu, telah memicu kekhawatiran dari banyak kalangan.
Ini termasuk politikus Demokrat moderat.
Gubernur New York Kathy Hochul menanggapi dengan pernyataan singkat, "Tentu ada beberapa perbedaan posisi, tapi saya pikir kami perlu membuka ruang diskusi."
Menanggapi hal itu, Mamdani mengatakan bahwa dirinya siap berdialog dengan Hochul.
"Visi dan kebijakan saya didasarkan pada analisis nyata terhadap kondisi masyarakat saat ini," ujar Hochul.
Ketika ditanya apakah politisi moderat merasa takut terhadapnya, Mamdani menjawab, "Saya pikir banyak orang masih mencoba mengejar dinamika pemilu ini.
Tapi apa yang kami tunjukkan adalah bahwa dengan memprioritaskan rakyat pekerja, kembali ke akar Partai Demokrat, kita bisa keluar dari situasi otoritarianisme yang kita hadapi saat ini di bawah pemerintahan Trump."
Sementara itu, Trump menyatakan bahwa kemenangan Mamdani mengejutkan.
"Dulu saya selalu bilang negara ini tidak akan pernah dipimpin oleh sosialis," ujar Trump.
Trump juga mengecam proposal Mamdani yang menentang kebijakan keras imigrasi pemerintah dan usulan untuk menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu jika datang ke New York.
"Dia itu radikal kiri yang gila," kata Trump.
Namun Mamdani menegaskan bahwa kampanyenya bukan hanya untuk melawan Trump, tapi juga untuk memperjuangkan kehidupan yang lebih layak bagi rakyat biasa.
"Partai Demokrat harus punya agenda yang jelas, bukan hanya anti-Trump," tegasnya.
"Kampanye kami adalah untuk rakyat pekerja, untuk mengembalikan martabat dalam hidup mereka."