Apakah Jepang Punya Teknologi yang Bisa Memprediksi Gempa Megaquake?

CNN Indonesia
Kamis, 03 Jul 2025 16:32 WIB
Gempa besar atau megaquake ancam Jepang, apakah Tokyo memiliki teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi?
Gempa magnitudo 7,4 di Kanazawa, Ishikawa, Jepang, pada Januari 2024. (REUTERS/KYODO)

Pakar seismologi dari Universitas Tokyo, Profesor Robert Geller, secara terbuka meragukan efektivitas sistem peringatan tersebut.

Ia menyebut sistem ini "hampir tidak berkaitan dengan sains", karena sifat gempa bumi yang sangat acak dan tidak bisa dipastikan apakah suatu gempa adalah tanda awal (foreshock) atau justru gempa utama (mainshock).

"Sekitar 95 persen gempa bukan foreshock. Dan hanya 5 persen yang bisa berujung pada gempa besar, tapi itu pun baru bisa diketahui setelahnya," jelasnya kepada BBC.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hingga kini, tidak ada metode ilmiah yang mampu memprediksi gempa bumi secara tepat.

Namun, peringatan sekarang, meski tidak sempurna, diyakini bisa meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat.

"Satu-satunya hal pasti soal gempa adalah kita tidak bisa memprediksinya. Tapi kita bisa bersiap," tutup Geller.

Dampak sosial dan ekonomi

Ketidakpastian ini juga berdampak pada sektor pariwisata Jepang.

Sebuah manga yang dipublikasikan ulang tahun 2021 meramalkan bencana besar terjadi pada 5 Juli 2025, sehingga memicu kecemasan luas di media sosial.

Maskapai Greater Bay Airlines asal Hong Kong bahkan mengurangi jumlah penerbangan ke Jepang karena turunnya permintaan secara tiba-tiba.

Data resmi menunjukkan jumlah wisatawan dari Hong Kong ke Jepang turun 11,2 persen pada Mei lalu dibandingkan tahun sebelumnya.

Persiapan dan realita

Meski prediksi ilmiah belum tersedia, pemerintah Jepang terus meningkatkan upaya mitigasi.

Perdana Menteri Fumio Kishida bahkan membatalkan perjalanan luar negerinya demi memastikan kesiapan nasional, menegaskan bahwa kewaspadaan perlu ditingkatkan, meskipun risiko sebenarnya belum pasti.

Di sisi lain, beberapa warga seperti Masayo Oshio justru merasa pemerintah "berlebihan" dalam menyikapi situasi ini. Namun, dia mengaku mulai mengecek kembali persediaan darurat di rumahnya.

"Setidaknya, peringatan itu membuat saya kembali memikirkan kesiapan di rumah," ujar Masayo.

"Saya sudah lama tidak mengecek air minum, makanan kaleng, dan baterai," katanya lagi.

(zdm/bac)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER