Segal menyebut kondisi ini telah mencapai "titik kritis" yang mengancam harmoni sosial, melemahkan kepercayaan terhadap institusi publik, serta meminggirkan warga Yahudi di Australia.
Menurutnya, setiap warga Australia perlu merasa khawatir karena "keamanan dan martabat satu komunitas berdampak pada kita semua."
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Menlu Bicara Tarif Trump hingga Diplomat Kemlu yang Tewas Saksi TPPO |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak akhir tahun lalu, wilayah-wilayah yang mayoritas dihuni komunitas Yahudi di Melbourne dan Sydney sering menjadi sasaran vandalisme bermotif kebencian.
Salah satu insiden paling menonjol terjadi pada Desember lalu ketika sekelompok pria bertopeng melempar bom molotov ke sinagoga di Melbourne.
Menanggapi situasi tersebut, pemerintah Australia membentuk satuan tugas federal untuk memerangi antisemitisme.
Dalam laporan sepanjang 16 halaman, Segal mengajukan sejumlah rekomendasi untuk menekan lonjakan antisemitisme, antara lain:
- Penguatan undang-undang terkait ujaran kebencian dan intimidasi.
- Peningkatan edukasi, khususnya tentang Holocaust.
- Penegakan tanggung jawab universitas dalam menciptakan lingkungan bebas intimidasi dengan ancaman pencabutan pendanaan.
- Pengetatan pengawasan terhadap penyebaran ujaran kebencian di dunia maya.
- Mendorong media untuk menyampaikan peliputan yang "akurat, adil, dan bertanggung jawab."
Segal menyebuy bahwa antisemitisme adalah "kebencian tertua di dunia" yang mungkin tidak akan pernah benar-benar lenyap, namun bisa dikendalikan dan dikembalikan ke pinggiran masyarakat dengan tekad, kepemimpinan, dan persatuan.
Menanggapi laporan tersebut, PM Anthony Albanese menyatakan komitmennya untuk bekerja sama secara konstruktif dengan utusan khusus tersebut dalam menerapkan berbagai rekomendasi yang diajukan.
(bac/zdm/bac)