Meski secara resmi biksu di Thailand menerima tunjangan makanan bulanan antara 2.500 hingga 34.200 baht (Rp1,1 juta-Rp15 juta) tergantung pangkat, banyak dari mereka memperoleh sumbangan dalam jumlah besar dari umat.
Bagi biksu berpangkat tinggi, sumbangan tersebut bisa mencapai puluhan ribu baht atau lebih, bahkan dalam bentuk barang mewah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kasus terpisah baru-baru ini, seorang kepala kuil ternama di Bangkok melaporkan pencurian uang tunai dan emas batangan senilai 10 juta baht (sekitar Rp4,5 miliar) dari kamarnya sendiri.
Menanggapi krisis ini, Perdana Menteri sementara Thailand, Phumtham Wechayachai, memerintahkan review ulang terhadap undang-undang terkait biksu dan keuangan kuil.
Kantor Nasional Urusan Buddhisme juga mengusulkan untuk menghidupkan kembali rancangan undang-undang yang menetapkan sanksi pidana bagi pelaku pelanggaran yang merusak nama baik agama Buddha, termasuk melalui tindakan asusila.
Sebagai respons langsung, Raja Thailand Maha Vajiralongkorn mengeluarkan perintah kerajaan pada Selasa lalu, membatalkan pengangkatan gelar keagamaan terhadap puluhan biksu senior.
Sementara itu, polisi Thailand membuka saluran pelaporan khusus di Facebook untuk memfasilitasi warga melaporkan kasus serupa yang melibatkan biksu.
"Mereka telah tersesat dalam nafsu dan hasrat mereka sendiri," ujar Paiwan.
(imf/bac)