Paus Leo XIV Buka Suara soal Serangan Israel ke Gereja Katolik di Gaza
Pemimpin gereja Katolik di dunia sekaligus kepala negara Vatikan Paus Leo XIV buka suara usai satu-satunya gereja Katolik di Jalur Gaza, Palestina, digempur Israel pada hari ini, Kamis (17/7).
"Dengan duka yang mendalam, Patriarkat Latin bisa mengonfirmasi dua orang tewas dalam serangan yang tampaknya dilakukan pasukan Israel ke Kompleks Keluarga Kudus pagi ini," demikian pernyataan resmi Paus, dikutip AFP.
Paus lantas memanjatkan doa bagi mereka yang terluka dan menyerahkan jiwa yang meninggal ke rahmat Tuhan.
"Kita berdoa untuk jiwa yang tenang dan untuk berakhirnya perang biadab ini. Tak ada yang bisa membenarkan menargetkan warga sipil tak berdosa," lanjut pernyataan itu.
Dalam pernyataan itu, Patriarkat mengecam serangan dan menyatakan gempuran tersebut menghancurkan sebagian besar kompleks gereja.
"Menargetkan situs suci yang saat ini menampung sekitar 600 pengungsi, yang mayoritas anak-anak dan 54 orang berkebutuhan khusus, merupakan pelanggaran berat terhadap martabat manusia dan pelanggaran terang-terangan terhadap kesucian hidup dan kesucian tempat-tempat keagamaan, yang seharusnya menyediakan tempat berlindung yang aman di masa perang," lanjut mereka.
Menurut laporan media Vatican, Vatican News, Paus juga menyerukan gencatan senjata sesegera mungkin dan perdamaian di kawasan.
"Harapan besar saya ada dialog, rekonsiliasi, dan perdamaian abadi di kawasan tersebut," demikian pernyataan itu.
Israel menyerang secara membabi buta gereja Katolik di Gaza dan menyebabkan dua orang tewas dan beberapa terluka. Salah satu yang terluka yakni Pastor Gabriel Romanel.
Selama agresi, Israel memang kerap menyerang tempat ibadah, kamp pengungsian, hingga sekolah. Namun, mereka selalu membantah dan menyebut tempat itu jadi markas Hamas.
Badan kemanusiaan yang berada di Palestina padahal berulang kali menyatakan fasilitas sipil menjadi tempat pengungsian warga Gaza karena rumah mereka hancur lebur digempur Israel.
Selama agresi pula, lebih dari 58.000 orang di Palestina meninggal dan jutaan warga terpaksa menjadi pengungsi.
(isa/rds)