Di masa lalu, konflik antar suku berkisar perebutan padang rumput dan sumber daya air yang langka. Namun, saat ini terutama di Suriah konflik terkait degradasi lahan.
Selama beberapa dekade, pemerintah Suriah mendorong masyarakat Badui pindah dari lahan stepa gersang lalu menetap. Stepa adalah dataran luas dan kering yang ditumbuhi terutama rumput hingga semak belukar.
Masyarakat Badui ditekan pemerintah Suriah untuk meninggalkan cara hidup yang dianggap terbelakang, primitif, dan tidak sejalan dengan masyarakat modern yang mapan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suriah juga mengambil alih lahan penggembalaan penting Badui dan mengusir mereka beserta kawanan ternaknya dengan dalih membangun kawasan lindung untuk hewan terancam punah.
Meskipun sebagian besar Badui pengembara zaman dulu terlupakan, warisan budaya mereka tetap bertahan. Ikatan kekerabatan melalui suku, klan, dan keluarga masih sangat penting di banyak wilayah pedesaan Arab Sunni di Suriah.
Populasi Badui atau keturunan Badui mendominasi gurun dan membentang dari Homs hingga Deir Ezzor, dan perbatasan Irak di timur.
Komunitas Badui juga berada di pedesaan Aleppo, di sekitar Ghouta Damaskus, dan kota-kota di seluruh Suriah, tempat penduduk pedesaan bermigrasi mencari pekerjaan dan pendidikan selama beberapa dekade terakhir.
Profesor studi Timur Tengah di Universitas Oxford, Dawn Chitty, menduga saat ini Suku Badui di Suriah sekitar 12-15 dari total populasi.
"Tetapi tergantung apa yang Anda maksud. Beberapa orang telah berhenti mengidentifikasi diri sebagai Badui meskipun mereka mempertahankan beberapa versi struktur sosialnya," kata Chitty, demikian dikutip lembaga think tank Carnegie Endowment.
Dia lalu menjelaskan banyak orang yang mengidentifikasi diri sebagai Badui tetapi tinggal di kota dan punya rumah. Sebagai penggembala, mereka biasanya dikenal nomaden.
Chitty menyebut nomadisme di kalangan Badui memang masih ada tetapi gaya hidup semacam itu sudah sangat langka.
"Hampir semua Badui yang mengidentifikasi diri memiliki rumah di suatu tempat, meskipun hanya untuk musim dingin. Yang lain sudah sepenuhnya menetap tetapi masih memelihara ternak dan mempekerjakan penggembala untuk memindahkan ternak mereka di musim semi, " ucap dia.
Suriah pernah bergejolak pada 2011 lalu. Saat itu, warga protes dengan damai menuntut reformasi politik, kebebasan sipil, hingga Bashar Al Assad untuk mundur dari kursi kepresidenan. Namun, pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa.
Pada Maret 2011, protes damai di tempat banyak komunitas Badui, Der'aa dan Hama, menjadi konfrontasi kekerasan antara mereka dan pasukan keamanan.
Beberapa komunitas Badui disebut menggunakan senjata untuk membela diri. Mereka juga menentang pemerintahan Bashar Al Assad hingga membentuk barigade mempertahankan wilayah dan tempat tinggal, demikian dikutip Manara Magazine.
Sumber lain mengatakan Suku Badui tak punya peran signifikan dalam perang dan justru menjadi korban. Beberapa menentang pemerintahan Assad, tetapi ada pula yang mendukung.
Imbas perang itu, banyak komunitas Badui yang menjadi pengungsi karena kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian.
(isa/rds)