Para agen perekrut menggunakan berbagai cara, mulai dari promosi di media sosial seperti YouTube, hingga alasan pekerjaan aman di Moskow. Namun banyak yang akhirnya diseret ke garis depan sebagai "umpan meriam".
Sejumlah tentara asing juga direkrut dari dalam penjara dengan janji hukuman pidana akan dihapus.
Sebagian besar dari mereka tidak ditempatkan dalam unit khusus, melainkan digabungkan dengan pasukan Rusia, tanpa bantuan bahasa maupun medis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak dari mereka terluka parah atau tewas tanpa adanya bantuan. Pemerintah negara asal pun kesulitan memulangkan jenazah, seperti yang dialami oleh keluarga tentara asal Nepal.
Jumlah korban tewas akibat perang di Ukraina pun terus meningkat.
Menurut laporan Wall Street Journal, jumlah total tentara dan warga sipil yang tewas atau terluka dari kedua belah pihak telah mencapai satu juta orang.
Sumber intelijen Barat menyebut sekitar 600.000 di antaranya merupakan tentara Rusia.
Dalam konteks ini, kasus Satria Kumbara memperlihatkan pola serupa.
Sebagai mantan anggota Marinir TNI AL, ia menjadi tentara asing dalam struktur militer Rusia, diduga karena janji keuntungan ekonomi yang lebih baik.
Namun, tanpa pemahaman hukum dan bahasa, serta dalam kondisi perang yang brutal, ia kini justru kehilangan kewarganegaraan dan ingin kembali ke Indonesia.
Pemerintah Indonesia sendiri hingga saat ini belum menyatakan secara resmi sikap mereka terhadap permohonan Satria.
Namun, pihak Kementerian Luar Negeri dan TNI telah menyebut akan mengecek lebih lanjut status hukum dan administratifnya.
Gaji tentara asing seperti Satria Kumbara di Rusia memang secara nominal tampak menarik perhatian karena bisa mencapai dua puluhan juta rupiah per bulan. Namun, risiko yang dihadapi sangat besar: mulai dari eksploitasi, penipuan, hingga kehilangan nyawa.
Seperti yang dialami oleh banyak pekerja migran dari Nepal dan India, kenyataan di medan perang jauh dari janji manis agen perekrut.
Kini, Satria Kumbara menjadi wajah dari dilema yang dihadapi banyak tentara asing di Rusia, dijanjikan banyak hal, kehilangan kewarganegaraan, dan akhirnya mencari jalan pulang yang belum tentu terbuka.
(zdm/bac)